Manado (ANTARA) - Pemerintah Kota Manado mengharapkan warga di sejumlah bantaran sungai untuk pindah ke perumahan relokasi di Kelurahan Pandu guna mengatasi banjir yang kerap melanda Ibu Kota Sulawesi Utara itu.

"Sebanyak apapun waduk yang kita bikin, kalau masyarakat masih tinggal di atas saluran air ya pasti akan tetap terjadi banjir," kata Wali Kota Manado Andrei Angouw saat ditemui di Manado, Senin.

Menurut Andrei, hingga kini warga bantaran yang sudah mendapat relokasi tetap kembali tinggal di rumahnya yang berada di bantaran sungai. Dari sekitar 2.000 rumah relokasi yang disediakan, hanya 400 hingga 500 unit saja yang ditempati oleh warga.

Karena itu, pihaknya terus mendorong dengan menjalankan sejumlah strategi agar warga mau membantu pemerintah dalam mengatasi banjir di wilayahnya.

"Pertama pastikan persuasif tapi tetap harus tegas. Saya mohon dukungan dari media tolong diimbau dengan menginformasikan upaya tegas kami," katanya.

Baca juga: Kementerian PUPR siapkan tanggul pengendali banjir di Manado
Baca juga: Lima orang meninggal akibat banjir dan tanah longsor di Manado

Pemerintah kota akan terus menambah fasilitas di rumah relokasi tersebut mulai dari transportasi umum, ketersediaan air bersih hingga penerangan jalan yang sudah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Sosialisasi rumah relokasi kepada warga menjadi prioritas utama wali kota dan jajarannya di tahun 2023 ini. "Rencana relokasi secepatnya, kita balik lagi ke bantaran ini untuk kembali sosialisasi," katanya.

Sejak Jumat (27/1) dini hari, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat mengguyur wilayah Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa dan Kota Tomohon.

Akibatnya, sejumlah sungai yang bermuara di Kota Manado meluap dan menyebabkan banjir dan tanah longsor di beberapa kecamatan.

Sebanyak lima meninggal dunia akibat bencana banjir dan tanah longsor di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (27/1).