Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menyerukan, agar segera diambil tindakan evakuasi penduduk yang bermukim di wilayah rawan bencana ke lokasi aman dari ancaman bahaya letusan atau awan panas, menyusul ditingkatkannya status Gunung Merapi dari "siaga" menjadi "awas" terhitung Sabtu pukul 08.30 WIB. Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta, Subandriyo, menegaskan penduduk yang perlu segera dievakuasi adalah yang bermukim di sepanjang alur aliran sungai, yakni sektor selatan-tenggara dalam radius sampai dengan delapan kilometer dari puncak Gunung Merapi meliputi alur Kali Woro, Gendol, Kuning, Boyong. "Sektor barat daya barat dalam radius sampai dengan sepuluh kilometer dari puncak Gunung Merapi meliputi alur Kali Bedog, Krasak, Bebeng, Sat. Sedangkan, di sektor barat dalam radius sampai dengan delapan kilometer meliputi alur Kali Lamat dan Senowo," kata dia. BPPTK juga meminta masyarakat untuk menghentikan semua kegiatan masyarakat, seperti penambangan pasir, bertani, berkebun, beternak dan pendakian serta aktivitas di sekitar alur sungai-sungai tersebut. Status Gunung Merapi, 2.965 meter di atas permukaan laut yang terletak di perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) sejak 12 April 2006 statusnya ditingkatkan menjadi "siaga". Satu bulan kemudian, 13 Mei terhitung mulai pukul 08.30 WIB statusnya ditingkatkan lagi dari "siaga" menjadi "awas" berkaitan dengan semakin meningkatnya aktivitas gunung berapi tersebut. Peningkatan status ini diumumkan secara resmi oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi bencana Geologi. Menurut Subandriyo, berdasarkan pengamatan visual, keadaan asap solfatara berwarna putih tebal dengan tekanan lemah dan ketinggian asap maksimum 400 meter. "Pengamatan pada 12 Mei terlihat lava pijar dari Pos Ngepos sebanyak 30 kali ke arah hulu Kali Krasak dan Boyong dengan jarak luncur maksimum 1,5 kilometer (1.500 meter)," ujarnya. Awan panas terjadi tiga kali ke arah hulu Kali Krasak dan Boyong dengan jarak luncur maksimum 1,6 km. Sedangkan, pada 13 Mei 2006 pukul 00.00-06.00 WIB dari Pos Kaliurang terlihat guguran lava pijar 24 kali ke arah hulu Kali Boyong dengan jarak luncur 1,5 km serta tujuh kali ke hulu Kali Gendol dan Selo. "Sinar api dilaporkan masih terlihat dari Pos Babadan, Jrakah, Ngepos dan Selo," katanya. Pada 12 Mei, Merapi menyebabkan awan panas dua kali, masing-masing pada pukul 13.18 dan 13.24 WIB, yang terlihat dari Pos Jrakah, namun tidak diketahui jarak luncurnya karena cuaca berkabut. Data kegempaan pada 12 Mei tercatat gempa fase banyak (MP) 90 kali, gempa guguran 214 kali, awan panas 11 kali dan gempa tektonik empat kali, sementara tanggal 13 Mei antara pukul 00.00 hingga 06.00 WIB tercatat MP 27 kali, gempa guguran 25 kali dan awan panas 14 kali. BPPTK menyerukan kepada masyarakat di sekitar Gunung Merapi untuk selalu mengikuti dan menaati semua ketentuan yang ditetapkan oleh Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) setempat sebagai langkah penyelamatan dini dari ancaman bahaya letusan Merapi. (*)