Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat adanya 47 kejadian bencana dalam sepekan terakhir yakni periode 16-23 Januari 2023.


"Selama sepekan terakhir terdapat 47 kejadian bencana," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing daring di Jakarta, Rabu.


Abdul Muhari mengatakan bahwa dari 47 kejadian bencana tersebut, bencana banjir, tanah longsor dan cuaca ekstrem masih mendominasi.


"Yang perlu tetap diperhatikan adalah saat ini masih dalam periode penghujung, bahkan mungkin masih dalam periode puncak musim hujan," katanya.


Namun, Abdul Muhari juga menyebutkan terdapatnya fenomena yang menarik yakni mulai munculnya kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Baca juga: BNPB siapkan pencegahan karhutla hadapi potensi kemarau panjang 2023

Baca juga: BNPB imbau Pemda dan warga Aceh untuk tetap waspada hujan sedang-lebat



"Periode kejadian karhutla biasanya terjadi pada April, Mei dan puncaknya di bulan Juni, Juli, Agustus, namun pada Januari 2023 ini sudah ada sembilan kejadian sehingga perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan," katanya.


Dengan demikian, kata dia, kejadian bencana hidrometeorologi basah sudah mulai terbagi dengan kejadian bencana hidrometeorologi kering.


"Secara umum jika kita lihat fenomena regional yang berpengaruh pada kawasan darat maupun perairan di Indonesia, masih terdapat pengaruh La Nina yang mengakibatkan cuaca lembab," katanya.


Kendati demikian, secara spasial, kata dia, terdapat wilayah yang perlu menjadi perhatian bersama yakni Sumatera khususnya Aceh, mengingat terjadi kejadian banjir yang cukup signifikan di sejumlah kabupaten di provinsi tersebut pada tanggal 20-23 Januari 2023.


Selain itu, kata dia, wilayah Kalimantan khususnya di wilayah Kalimantan Tengah juga mulai menjadi perhatian mengingat mulai munculnya kejadian kebakaran hutan dan lahan di wilayah tersebut.


"Minggu lalu kami juga sudah melakukan rapat koordinasi khusus terkait persiapan menghadapi karhutla di tahun 2023," katanya.


Dia menambahkan bahwa pada tahun 2019 hingga 2022, kondisi cuaca di hampir seluruh wilayah di Indonesia masih sangat dominan dipengaruhi oleh La Nina.


"Selain koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah, frekuensi kejadian karhutla turun secara signifikan karena didukung juga kondisi cuaca yang basah," demikian Abdul Muhari.


Baca juga: BNPB catat 76 kejadian bencana hidrometeorologi basah dalam sepekan

Baca juga: BNPB: Banjir-cuaca ekstrem dominasi kejadian bencana sepekan