Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak semua masyarakat untuk meningkatkan literasi mengenai pangan lokal dalam memperingati Hari Gizi Nasional ke-63.

“Menurut saya memaknai Hari Gizi Nasional sebagai waktu untuk meningkatkan edukasi penting sekali. Jadi, perubahan pola makan itu penting sekali,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat ditemui ANTARA di Jakarta, Rabu.

Hasto menuturkan makanan untuk mencegah stunting pada anak, sebenarnya tidak membutuhkan makanan yang mahal. Ia menilai dari segi finansial, banyak keluarga di Indonesia hidup secara berkecukupan untuk memberikan akses makanan sehat yang bisa memenuhi asupan mikronutrien maupun gizi seimbang anak-anaknya.

Baca juga: Kemenkes: Berikan anak porsi makan sesuai kelompok usianya

Sayangnya, masyarakat masih banyak yang belum memahami hal tersebut. Perbedaan pengetahuan dalam mengelola menu makanan sehat yang sesuai standar dan disesuaikan dengan kelompok usia anak.

Minimnya literasi tersebut dapat dibuktikan dengan kebiasaan orang tua saat ini, lebih memilih memberikan makanan siap saji seperti junk food atau makanan kotakan bermerek di toko-toko besar. Dalam penerapan pola asuh pun, beberapa orang tua segera berhenti menyuapi anaknya, ketika mulai menolak untuk melanjutkan waktu makan.

Seharusnya sebagai negara adi pangan yang melimpah, masyarakat dapat lebih memanfaatkan potensi pangan lokal yang ada di sekitarnya. Pengetahuan tersebut, akan meningkatkan gizi anak bangsa dan mematahkan anggapan atas pemberian makanan anak dari bahan-bahan yang monoton serta menepis anggapan makanan sehat harus mahal.

“Sebetulnya makanan untuk mencegah stunting tidak perlu mahal. Telur cukup, daun kelor bagus. Ikan pun tidak harus ikan tuna, ikan yang mahal, salmon itu mahal. Menurut saya belilah ikan kembung yang sudah mengandung DHA Omega3. Jadi, tidak perlu mahal, kita ini pola makannya yang perlu diubah,” katanya.

Baca juga: Duta Gizi minta ibu hamil atur pola makan sehat cegah stunting

Baca juga: Ahli: Hari Gizi Nasional momentum perkuat edukasi hidup sehat


Selain meningkatkan literasi pangan lokal, Hasto juga mengajak para ibu pelan-pelan belajar mengolah Makanan Pendamping Asi (MPASI) di rumah. Pengembangan minat itu bisa membantu ibu mencegah anak untuk mengonsumsi jajanan tidak sehat, juga menekan pengeluaran dari makanan praktis yang mempengaruhi ekonomi keluarga.

Ibu dapat secara perlahan belajar membuat MPASI bertekstur halus bagi bayi usia 7-8 bulan, atau makanan cincang bagi bayi yang berusia 1 tahun.

Ia berharap keluarga bisa memaknai Hari Gizi Nasional sebagai hari yang penting untuk anak tersebut, dengan menyadari pentingnya mempelajari lebih dalam pemberian asupan gizi dan pola asuh pada anak-anak.

“Harapan saya di Hari Gizi Nasional ini, kita betul-betul bisa membangkitkan kesadaran dengan pola makan yang sehat bagi anak-anak kita. Itu harapan saya,” ujarnya.