Tokyo (ANTARA) - Dolar melemah pada awal perdagangan Asia pada Selasa, melayang di dekat level terendah sembilan bulan terhadap euro dan memberikan kembali kenaikan baru-baru ini terhadap yen, karena para pedagang terus mengukur risiko resesi AS dan jalur untuk kebijakan Federal Reserve.
Mata uang tunggal Eropa didukung pada Senin (23/1/2023) oleh komentar dari pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) yang menunjuk pada pengetatan kebijakan yang agresif.
Indeks dolar AS - yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang, termasuk euro dan yen - tergelincir 0,09 persen menjadi 101,92, kembali ke level terendah 7,5 bulan di 101,51 yang dicapai pada Rabu (18/1/2023).
Euro bertambah 0,08 persen menjadi 1,0879 dolar, mendekati puncak Senin (23/1/2023) di 1,0927 dolar, terkuat sejak April.
Baca juga: Euro capai puncak 9 bulan atas dolar AS, dipicu komentar "hawkish" ECB
"AS bukan lagi kemeja terbersih di binatu ekonomi global," kata Kepala Strategi Valuta Asing National Australia Bank (NAB), Ray Attrill. Ia memperkirakan indeks dolar turun ke 100 pada akhir Maret dan euro naik menjadi 1,10 dolar.
"Itu merupakan bagian integral dari pandangan bearish dolar AS kami, bahwa AS tidak akan menjadi pemimpin pertumbuhan global."
Pedagang pasar uang hanya memperkirakan dua kenaikan suku bunga seperempat poin oleh Fed ke puncak sekitar 5,0 persen pada Juni, dengan pemotongan dua perempat poin menyusul sebelum akhir tahun. The Fed sendiri bersikeras 75 basis poin pengetatan lebih mungkin terjadi.
Di tempat lain, dolar merosot 0,36 persen menjadi 130,19 yen, mundur setelah dua sesi kenaikan kuat.
Pasangan dolar-yen turun ke level 127,215, terlemah sejak Mei, menjelang tinjauan kebijakan Bank Sentral Jepang (BoJ) pekan lalu di tengah meningkatnya taruhan untuk mengakhiri stimulus. Namun, bank sentral mempertahankan pendiriannya dan mempertahankan kebijakan tidak berubah, memberi dolar sedikit kelonggaran.
Baca juga: Dolar berakhir naik terhadap yen, karena kebijakan BoJ super longgar
Namun banyak yang terus memperkirakan pergeseran hawkish oleh BoJ tahun ini, karena pembuat kebijakan terus menyesuaikan kebijakan untuk memperpanjang umur mekanisme kontrol kurva imbal hasil (YCC), yang menetapkan suku bunga jangka pendek di -0,1 persen dan mempertahankan imbal hasil obligasi 10 tahun dalam kisaran sekitar nol.
"Jelas, pasar menganggap kebijakan YCC telah melewati tanggal penggunaannya, dan itu hanya masalah waktu - dan mungkin berbulan-bulan daripada kuartal - sampai BoJ membunyikan lonceng kematian," kata Attrill dari NAB, yang memprediksi dolar-yen akan turun menjadi 125 pada akhir Maret.
"Era kelemahan yen dengan cepat tertinggal di belakang kita."
Sementara itu, sterling terakhir diperdagangkan di 1,2388 dolar, naik 0,12 persen pagi ini.
Dolar Australia menguat 0,21 persen menjadi 0,704 dolar AS dan dolar Selandia Baru terangkat 0,26 persen menjadi 0,650 dolar AS.
Baca juga: Dolar dibuka melemah di Asia, pasar khawatir ekonomi melambat
Baca juga: Rupiah menguat, ditopang sentimen positif global dan modal asing masuk
Dolar lesu ketika euro dekati puncak 9-bulan dan yen menguat
24 Januari 2023 10:18 WIB
Ilustrasi - lembaran mata uang Euro dan Dolar AS. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/aa. (REUTERS/Dado Ruvic/Dado Ruvic)
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023
Tags: