Penerapan teknologi modifikasi cuaca yang dahulu dikenal sebagai teknologi hujan buatan merupakan bagian dari upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan cara pembasahan gambut.
Metode itu efektif saat menangani kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada tahun 2020.
Baca juga: BMKG: Waspadai potensi kebakaran hutan dan lahan di Sumatra
Baca juga: Operasi modifikasi cuaca di Jawa Tengah dan Jawa Timur diperpanjang
Pada 2022, luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia mencapai 204.000 hektare. Jumlah itu menurun dari tahun 2021, sebanyak 358.000 hektare.
Sebelumnya BMKG menyatakan bencana kebakaran hutan diprediksi meningkat tahun 2023 ini yang berpotensi sama seperti kejadian pada tahun 2019.
Fenomena La Nina yang semakin melemah dan masuk netral menyebabkan curah hujan menurun, sehingga berpotensi menciptakan titik api di kawasan hutan dan lahan. Bahkan kondisi netral itu sangat dekat hampir berhimpit dengan kondisi El Nino lemah.
BMKG memprediksi bahwa curah hujan pada tahun ini mengalami penurunan bila dibandingkan curah hujan tahun 2022 maupun tiga tahun lalu, meskipun saat ini masih puncak musim hujan.
Baca juga: BNPB: Sulawesi Selatan gunakan teknologi modifikasi cuaca
Baca juga: KLHK antisipasi ancaman kebakaran hutan dan lahan di Indonesia
Baca juga: Luas penanaman mangrove di Indonesia 1.210 hektare sepanjang 2022