Jakarta (ANTARA) - Survei Manulife Asia Care pada 2022 menyimpulkan sebanyak 83 persen masyarakat Indonesia butuh proteksi asuransi dan 76 persen ingin membeli produk asuransi.

“Tahun 2023 memang menjadi tantangan, tapi sekaligus peluang bagi kami. Jadi, berdasarkan hasil survei kami itu, ternyata banyak masyarakat yang butuh proteksi,” ujar Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia Ryan Charland dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebutkan bahwa potensi industri asuransi di Indonesia di tahun 2023 lumayan besar dengan kondisi masih rendahnya penetrasi asuransi yang hanya 3,18 persen.

Optimisme besarnya potensi industri asuransi tahun 2023 juga disampaikan anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Ogi Prastomiyono. Ia yakin industri asuransi tahun ini akan tumbuh positif dengan beberapa faktor penopang seperti pertumbuhan ekonomi setelah pandemi yang masih positif di atas 5 persen.

Selain itu, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia dinilai masih rendah, baru mencapai 3,18 persen. Terdiri atas penetrasi asuransi jiwa 1,19 persen, asuransi umum 0,47 persen, asuransi sosial 1,45 persen, dan asuransi wajib 0,08 persen.

“Artinya masih banyak peluang pertumbuhan asuransi," kata Ogi dalam Rapat Dewan Komisioner OJK pada 2 Januari 2023.

Atas dasar itu, Ryan Charland menyatakan Manulife Indonesia membidik peluang di industri asuransi Indonesia dengan memperkenalkan produk yang sangat dibutuhkan masyarakat, yakni MiProsper Assurance for Pension (MiPassion).

Menurut dia, hadirnya produk itu sebagai simbol optimisme terhadap kondisi Indonesia yang sangat potensial. Apalagi, hampir 38 tahun Manulife berada di Indonesia yang selalu berupaya memenuhi kebutuhan nasabah.

Sementara itu, Direktur & GM Agency Manulife Indonesia Novita Rumngangun menjelaskan selain manfaat kesehatan dan santunan rawat inap harian, MiPassion memiliki manfaat seperti untuk meninggal dunia, tambahan manfaat meninggal dunia karena kecelakaan, dan manfaat akhir masa pertanggungan. Premi dimulai dari Rp5 juta per tahun untuk proteksi hingga usia 85 tahun.

“Ini bukan produk pensiun, tetapi komplimen jika nasabah memiliki DPLK. Memberi tambahan dana untuk biaya hidup saat pensiun. Saat kita sakit ketika sudah pensiun, sering kita tidak bisa menyiapkan dana kesehatan, uang yang kita siapkan akan tergerus. Padahal, saat pensiun, biaya akan semakin tinggi. Dengan produk ini, saat kita pensiun, kita tidak perlu khawatir, karena akan mendapat proteksi, jelas ini memutuskan sandwich generation,” tutur Novita.

Diakui, pihaknya memang kuat di produk asuransi tradisional ketimbang unit link. Kekuatan di produk tradisional itu juga yang membuat Manulife Indonesia mampu mencatat kinerja positif. Sepanjang 2021, pendapatan bersih premi asuransi Manulife Indonesia meningkat 42 persen menjadi Rp12,1 triliun, sedangkan kinerja premi bisnis baru mencapai Rp7,5 triliun, berdasarkan annualized premium equivalent.