Harga cabai di Kota Kupang masih Rp100 ribu/kg
19 Januari 2023 15:59 WIB
Penjabat Wali Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur George Melkianus Hadjoh sedang memantau harga di pasar Kasih Naikoten Kupang. (ANTARA/HO-Prokompim Setda Kota Kupang)
Kupang (ANTARA) -
Harga cabai keriting yang dijual para pedagang di sejumlah pasar tradisional di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur masih mahal, dengan harga Rp90.000-Rp100.000/kg sebagai dampak dari kurangnya pasokan cabai dari daerah penghasil cabe.
"Harga cabai keriting masih dengan harga Rp90.000-Rp100.000/kg sejak sebelum perayaan hari raya Natal 25 Desember 2022 lalu," kata Okto Tefa pedagang cabae keriting di pasar Fatubesi saat ditemui di Kupang, Kamis.
Ia mengatakan harga cabai mulai naik hingga menembus Rp100 ribu/kg mulai terjadi sejak perayaan hari raya Natal 25 Desember 2022 dan tahun baru 2023.
Menurut dia, mahalnya harga cabai di Kota Kupang merupakan dampak dari berkurangnya pasokan cabai dari daerah produksi cabai seperti Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Rote Ndao akibat curah hujan yang tinggi.
"Kondisi cuaca buruk dengan curah hujan yang tinggi dalam bulan ini juga ikut berpengaruh pada terbatasnya pasokan cabai dari daerah produksi, sehingga berpengaruh pada mahalnya harga cabai di pasaran," kata Okto Tefa.
Sementara itu Sekretaris Daerah Kota Kupang Fahrensy P Funay mengatakan Pemerintah Kota Kupang sedang mengoptimalkan berbagai lahan kosong atau urban farming untuk ditanami berbagai sayur-sayuran maupun cabai.
"Ada lima lokasi lahan kosong yang sedang digarap oleh sejumlah perangkat daerah lingkup Kota Kupang untuk ditanami berbagai jenis tanaman seperti cabai maupun sayur-sayuran yang nanti hasilnya untuk kebutuhan masyarakat sekaligus dalam menekan harga cabai yang masih cukup mahal di Kota Kupang," kata Fahrensy P Funay.
Menurut dia, pemerintah Kota Kupang juga terus memberikan perhatian dalam pengembangan usaha tanaman cabai karena mahalnya harga cabai ikut kontribusi dalam peningkatan inflasi.
Ia menambahkan Pemerintah Kota Kupang juga telah menyiapkan 10.000 anakan tanaman cabai untuk dibagikan kepada masyarakat sehingga bisa menanam cabai di lingkungan rumah masing-masing.
Harga cabai keriting yang dijual para pedagang di sejumlah pasar tradisional di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur masih mahal, dengan harga Rp90.000-Rp100.000/kg sebagai dampak dari kurangnya pasokan cabai dari daerah penghasil cabe.
"Harga cabai keriting masih dengan harga Rp90.000-Rp100.000/kg sejak sebelum perayaan hari raya Natal 25 Desember 2022 lalu," kata Okto Tefa pedagang cabae keriting di pasar Fatubesi saat ditemui di Kupang, Kamis.
Ia mengatakan harga cabai mulai naik hingga menembus Rp100 ribu/kg mulai terjadi sejak perayaan hari raya Natal 25 Desember 2022 dan tahun baru 2023.
Menurut dia, mahalnya harga cabai di Kota Kupang merupakan dampak dari berkurangnya pasokan cabai dari daerah produksi cabai seperti Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Rote Ndao akibat curah hujan yang tinggi.
"Kondisi cuaca buruk dengan curah hujan yang tinggi dalam bulan ini juga ikut berpengaruh pada terbatasnya pasokan cabai dari daerah produksi, sehingga berpengaruh pada mahalnya harga cabai di pasaran," kata Okto Tefa.
Sementara itu Sekretaris Daerah Kota Kupang Fahrensy P Funay mengatakan Pemerintah Kota Kupang sedang mengoptimalkan berbagai lahan kosong atau urban farming untuk ditanami berbagai sayur-sayuran maupun cabai.
"Ada lima lokasi lahan kosong yang sedang digarap oleh sejumlah perangkat daerah lingkup Kota Kupang untuk ditanami berbagai jenis tanaman seperti cabai maupun sayur-sayuran yang nanti hasilnya untuk kebutuhan masyarakat sekaligus dalam menekan harga cabai yang masih cukup mahal di Kota Kupang," kata Fahrensy P Funay.
Menurut dia, pemerintah Kota Kupang juga terus memberikan perhatian dalam pengembangan usaha tanaman cabai karena mahalnya harga cabai ikut kontribusi dalam peningkatan inflasi.
Ia menambahkan Pemerintah Kota Kupang juga telah menyiapkan 10.000 anakan tanaman cabai untuk dibagikan kepada masyarakat sehingga bisa menanam cabai di lingkungan rumah masing-masing.
Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023
Tags: