Jakarta (ANTARA) - Lembaga riset Center of Economic and Law Studies (CELIOS) optimistis bahwa target pemerintah untuk mendigitalisasi 30 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada tahun 2024 akan tercapai lebih cepat.

"Kemungkinan target ini bisa tercapai di akhir tahun 2023," kata Direktur CELIOS Bhima Yudhistira saat konferensi pers bersama GudangAda di Jakarta, Kamis.

Pada Desember lalu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa di awal pandemi, tercatat hanya ada 8 juta UMKM yang terhubung ke ekosistem digital. Namun pada akhir 2022, angka tersebut meningkat menjadi 20,76 juta UMKM.

Baca juga: Riset: UMKM Indonesia nilai adopsi dompet digital penting

Menurut Bhima, tak bisa dipungkiri bahwa pandemi telah mengakselerasi adopsi digital di Indonesia, termasuk oleh para pelaku UMKM.

"Padahal tadinya tidak terlalu fokus untuk melakukan digitalisasi karena misalnya saya punya warung dan pengunjung datang sendiri. Jadi untuk apa masuk ke dalam platform online," ujar Bhima.

"Tapi, kondisi ekonomi (akibat pandemi) membuat pelaku UMKM mencari mana bahan baku atau barang yang akan dijual itu bisa memiliki harga yang paling kompetitif. Untuk mencapai kompetitif itu, mau enggak mau mereka cari semua lewat online, ujungnya ke sana," jelas dia.

Lebih lanjut, Bhima mengatakan, perubahan perilaku konsumen juga menjadi salah satu faktor yang menuntun UMKM masuk ke ekosistem digital. Pasalnya, konsumen kini lebih memilih mencari dan membeli barang secara online dari ponsel daripada pergi ke toko offline.

"Order barang itu orang lewat platform online atau lewat WhatsApp, meskipun misalnya jaraknya cuma 100 meter. Itu tidak salah. Jadi mau enggak mau, pemilik usaha juga harus melek soal digital," kata Bhima.

Baca juga: Digitalisasi UMKM tak sekadar masuk ke dalam "marketplace"

Ia pun memaparkan bahwa berdasarkan hasil "Studi B2B FMCG Marketplace Indonesia Outlook 2023" oleh CELIOS yang didukung oleh penyedia layanan ekosistem B2B GudangAda, sudah lebih dari 60 persen UMKM telah menerapkan digitalisasi dalam pencarian supplier dan penjangkauan pelanggan.

Faktor lainnya, lanjut Bhima, adalah metode pembayaran yang mulai bergeser dari uang tunai menjadi cashless baik melalui transfer virtual account hingga QRIS.

"Ada kebutuhan dari sisi konsumen yang mendesak ayok, dong, udah 2023 masa bayar masih tunai, ayok cashless. Dengan memenuhi itu, pelayanan ke konsumen juga tentu akan jadi lebih baik," ujar Bhima.

"Jadi desakan-desakan itu yang membuat UMKM mau enggak mau harus lebih cepat beradaptasi," pungkasnya.

Baca juga: Tips mulai usaha rumahan dengan modal kecil ala Tokopedia

Baca juga: Pentingnya identitas digital bagi integrasi dan digitalisasi UMKM

Baca juga: Menkop Teten tekankan keamanan data penting dalam ekonomi digital