Platform digital B2B akan jadi tren di segmen industri FMCG
19 Januari 2023 14:01 WIB
SVP Marketing & CorporaTte Affairs GudangAda Yuanita Agata dan Direktur CELIOS Bhima Yudhistira saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (19/1/2023) (ANTARA/Suci Nurhaliza)
Jakarta (ANTARA) - Center of Economic and Law Studies (CELIOS) melihat bahwa platform digital business-to-business (B2B) yang menyediakan saluran distribusi dari produsen, penjual, hingga end-user akan menjadi tren di berbagai industri termasuk fast moving consumer goods (FMCG).
Baca juga: FMCG Insights apresiasi Kominfo terkait berita labelisasi BPA
Hal tersebut berdasarkan temuan CELIOS dalam "Studi B2B FMCG Marketplace Indonesia Outlook 2023" yang didukung oleh penyedia layanan ekosistem B2B GudangAda.
"Platform digital B2B ini akan menjadi tren yang akan menyebar luas, termasuk kita lihat ada kebutuhan principal FMCG untuk mencari tahu apa saja update yang bisa digunakan untuk memperluas pasar," kata Direktur CELIOS Bhima Yudhistira saat konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Sementara itu, ia menambahkan, transaksi bisnis B2B sendiri secara keseluruhan diperkirakan akan tumbuh sebesar 25 persen pada tahun 2023.
Baca juga: Survei sebut kombinasi iklan televisi dan facebook lebih efektif
Bhima menjelaskan, platform digital B2B memberikan banyak manfaat bagi principal FMCG. Di antaranya, untuk menyediakan data transaksi secara granular dan real time sebagai dasar penyusunan strategi.
"Bagi principal, ada kepastian data secara real time sehingga mereka bisa mendapatkan gambaran ke mana pasar itu sedang bergerak," ujar Bhima.
Kemudian, ia melanjutkan, platform digital B2B juga dapat memfasilitasi principal untuk membangun jalur distribusi online yang lebih luas, mengurangi elemen biaya logistik, dan mendukung kestabilan supply and demand sehingga memperkuat kestabilan harga produk di pasaran.
Tak hanya bagi principal, Bhima mengatakan platform digital B2B juga membawa manfaat bagi bagi UKM. Riset menunjukkan bahwa tantangan terbesar UKM dalam mengembangkan usaha pasca pandemi adalah persaingan dengan toko modern (36 persen), konsumen gagal bayar utang (31 persen), dan lokasi usaha yang tidak menguntungkan menyebabkan sempitnya jangkauan pasar (27 persen).
Baca juga: Perusahaan rintisan GudangAda dapat pendanaan 25,4 juta dolar
Temuan itu berkorelasi dengan temuan lain, seperti peningkatan kebutuhan solusi digital sederhana untuk kecepatan dan efisiensi biaya, fleksibilitas pembayaran, dan jangkauan pasar lebih luas.
Menurut Bhima, platform B2B akan membantu UKM dalam menyediakan harga produk dan biaya logistik yang lebih kompetitif, memperluas cakupan pasar dan sumber produk, mempercepat adopsi digital sehingga cepat beradaptasi dengan perubahan tren konsumen, mempercepat ekspansi bisnis secara online, dan meningkatkan kapasitas pembiayaan dengan manajemen stok barang dan pencatatan yang lebih baik.
Untuk itu, ia mengatakan, di tahun 2023 ini akan semakin banyak perusahaan FMCG dan pelaku UMKM yang membutuhkan digitalisasi rantai pasok. Mengingat, sektor B2B FMCG terbukti lebih tahan terhadap gejolak eksternal dibandingkan business-to-consumer (B2C) yang kerap mengandalkan promo dan diskon untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.
Adapun yang paling menjadi perhatian bagi principal dalam memilih partner bisnis B2B, kata Bhima, salah satunya soal keamanan data.
"Ketika ditanya kenapa memilih platform A atau B, yang jadi concern adalah soal keamanan. Begitupun dengan principal, mereka mencari partner platform yang punya kredibilitas untuk menjaga kerahasiaan data," katanya.
Meski peluang eskalasi volume B2B FMCG di Indonesia pada tahun 2023 dinilai besar, Bhima tetap mengingatkan bahwa ada berbagai tantangan yang harus diwaspadai mulai dari rendahnya literasi keuangan, kesenjangan akses digital, dan rendahnya penetrasi pembiayaan UMKM.
"Hasil studi CELIOS ini diharapkan dapat menjadi acuan pelaku bisnis rantai pasok Indonesia dalam mengkaji lanskap bisnis B2B, serta mengatur strategi bisnis terbaik untuk menghadapi tantangan ekonomi dari sudut pandang inovasi digital di industri B2B FMCG," kata SVP Marketing & Corporate Affairs GudangAda Yuanita Agata.
Baca juga: CIPS : Transformasi digital perlu didukung masif literasi keuangan
Baca juga: Digitalisasi turunkan 70 persen keluhan karyawan
Baca juga: Mayar.id luncurkan teknologi AI untuk UMKM
Baca juga: FMCG Insights apresiasi Kominfo terkait berita labelisasi BPA
Hal tersebut berdasarkan temuan CELIOS dalam "Studi B2B FMCG Marketplace Indonesia Outlook 2023" yang didukung oleh penyedia layanan ekosistem B2B GudangAda.
"Platform digital B2B ini akan menjadi tren yang akan menyebar luas, termasuk kita lihat ada kebutuhan principal FMCG untuk mencari tahu apa saja update yang bisa digunakan untuk memperluas pasar," kata Direktur CELIOS Bhima Yudhistira saat konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Sementara itu, ia menambahkan, transaksi bisnis B2B sendiri secara keseluruhan diperkirakan akan tumbuh sebesar 25 persen pada tahun 2023.
Baca juga: Survei sebut kombinasi iklan televisi dan facebook lebih efektif
Bhima menjelaskan, platform digital B2B memberikan banyak manfaat bagi principal FMCG. Di antaranya, untuk menyediakan data transaksi secara granular dan real time sebagai dasar penyusunan strategi.
"Bagi principal, ada kepastian data secara real time sehingga mereka bisa mendapatkan gambaran ke mana pasar itu sedang bergerak," ujar Bhima.
Kemudian, ia melanjutkan, platform digital B2B juga dapat memfasilitasi principal untuk membangun jalur distribusi online yang lebih luas, mengurangi elemen biaya logistik, dan mendukung kestabilan supply and demand sehingga memperkuat kestabilan harga produk di pasaran.
Tak hanya bagi principal, Bhima mengatakan platform digital B2B juga membawa manfaat bagi bagi UKM. Riset menunjukkan bahwa tantangan terbesar UKM dalam mengembangkan usaha pasca pandemi adalah persaingan dengan toko modern (36 persen), konsumen gagal bayar utang (31 persen), dan lokasi usaha yang tidak menguntungkan menyebabkan sempitnya jangkauan pasar (27 persen).
Baca juga: Perusahaan rintisan GudangAda dapat pendanaan 25,4 juta dolar
Temuan itu berkorelasi dengan temuan lain, seperti peningkatan kebutuhan solusi digital sederhana untuk kecepatan dan efisiensi biaya, fleksibilitas pembayaran, dan jangkauan pasar lebih luas.
Menurut Bhima, platform B2B akan membantu UKM dalam menyediakan harga produk dan biaya logistik yang lebih kompetitif, memperluas cakupan pasar dan sumber produk, mempercepat adopsi digital sehingga cepat beradaptasi dengan perubahan tren konsumen, mempercepat ekspansi bisnis secara online, dan meningkatkan kapasitas pembiayaan dengan manajemen stok barang dan pencatatan yang lebih baik.
Untuk itu, ia mengatakan, di tahun 2023 ini akan semakin banyak perusahaan FMCG dan pelaku UMKM yang membutuhkan digitalisasi rantai pasok. Mengingat, sektor B2B FMCG terbukti lebih tahan terhadap gejolak eksternal dibandingkan business-to-consumer (B2C) yang kerap mengandalkan promo dan diskon untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.
Adapun yang paling menjadi perhatian bagi principal dalam memilih partner bisnis B2B, kata Bhima, salah satunya soal keamanan data.
"Ketika ditanya kenapa memilih platform A atau B, yang jadi concern adalah soal keamanan. Begitupun dengan principal, mereka mencari partner platform yang punya kredibilitas untuk menjaga kerahasiaan data," katanya.
Meski peluang eskalasi volume B2B FMCG di Indonesia pada tahun 2023 dinilai besar, Bhima tetap mengingatkan bahwa ada berbagai tantangan yang harus diwaspadai mulai dari rendahnya literasi keuangan, kesenjangan akses digital, dan rendahnya penetrasi pembiayaan UMKM.
"Hasil studi CELIOS ini diharapkan dapat menjadi acuan pelaku bisnis rantai pasok Indonesia dalam mengkaji lanskap bisnis B2B, serta mengatur strategi bisnis terbaik untuk menghadapi tantangan ekonomi dari sudut pandang inovasi digital di industri B2B FMCG," kata SVP Marketing & Corporate Affairs GudangAda Yuanita Agata.
Baca juga: CIPS : Transformasi digital perlu didukung masif literasi keuangan
Baca juga: Digitalisasi turunkan 70 persen keluhan karyawan
Baca juga: Mayar.id luncurkan teknologi AI untuk UMKM
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023
Tags: