Phnom Penh (ANTARA) - Kamboja diperkirakan akan menerima 4 juta wisatawan mancanegara (wisman) pada 2023 setelah China mengoptimalkan strategi COVID-19 pada awal bulan ini, demikian disampaikan seorang pejabat pariwisata.

Kong Sopheareak, Direktur Departemen Statistik Pariwisata Kementerian Pariwisata Kamboja, pada Selasa (17/1) mengatakan bahwa China adalah pasar pariwisata outbound terpenting bagi dunia, dan optimalisasi strategi COVID-19 China tidak hanya menguntungkan Kamboja, tetapi juga pariwisata global, lapor Xinhua pada Rabu.

"Kami berharap lebih banyak wisatawan, pebisnis, dan investor China akan berkunjung ke Kamboja, mengingat hubungan erat antara kedua negara dan rakyat kita," kata Sopheareak kepada Xinhua.

Pariwisata merupakan satu dari empat pilar utama yang menopang perekonomian Kamboja. Di era prapandemi, negara itu mencatat kedatangan 6,6 juta wisman pada 2019, meraup pendapatan senilai 4,92 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.154) yang menyumbang 12,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu.


"Kehadiran wisatawan China sangat penting untuk membantu mendorong pariwisata dan perekonomian kita," imbuhnya.

Menurut Sopheareak, negara Asia Tenggara itu menyambut 2,28 juta wisman pada 2022. Dari jumlah keseluruhan tersebut, 106.875 di antaranya adalah wisatawan China.

Menteri Pariwisata Kamboja Thong Khon pekan lalu mengatakan kepada Xinhua bahwa Kamboja siap untuk menyambut kembali warga, wisatawan, pebisnis, dan investor China.

"Pelanjutan pariwisata outbound China sangat menguntungkan tidak hanya bagi Kamboja, tetapi juga bagi seluruh dunia," katanya. "Kami berharap Kamboja akan menarik setidaknya 1 juta wisatawan China pada 2023."


Kamboja terkenal dengan tiga situs warisan dunianya, yaitu Taman Arkeologi Angkor, Kuil Preah Vihear, dan Situs Arkeologi Sambor Prei Kuk.

Selain itu, Kamboja memiliki garis pantai yang masih asli sepanjang 450 km yang membentang di empat provinsi di sebelah barat daya negara kerajaan tersebut.