Tokoh: Integrasi ilmu dan SDM penting untuk hadapi persaingan global
17 Januari 2023 17:55 WIB
Umat Islam mengikuti doa awal tahun baru 1444 Hijriah di alun-alun Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (29/7/2022). tahun. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/foc.
Jakarta (ANTARA) - Tokoh Islam Ahmad Muflih Saefuddin mengatakan integrasi ilmu dan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni sangat penting bagi umat Islam untuk menghadapi persaingan global yang semakin ketat.
"Untuk masa yang akan datang boleh jadi peranan sumber daya alam tidak lagi begitu penting. Hal yang jauh lebih penting adalah kualitas sumber daya umat, sehingga setiap segala sesuatu yang disentuhnya mendatangkan nilai tambah," kata Saefuddin di Jakarta, Selasa.
Menteri Negara Pangan dan Hortikultura era Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie itu menuturkan kualitas ilmu dan sumber daya manusia yang mumpuni bisa membuat satu kilogram besi dapat menjadi barang yang bernilai ribuan kali ketimbang benda asalnya.
Menurut dia, kualitas sumber daya manusia dan ilmu yang baik itu bisa dilihat di Singapura. Negara seluas 728,6 kilometer persegi itu boleh dikatakan tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah, tetapi pendapatan perkapita penduduknya justru tertinggi di Asia Tenggara.
"Indonesia baru 3.000 dolar AS pendapatan perkapita per tahun, tetapi mobil berjubel, restoran berjubel, fast food di mana-mana, cafe di mana-mana," ujar Saefuddin.
Baca juga: Tokoh muda Muslim Jepang: Dakwah terpenting lewat perilaku
"Bukan arabika saja, tetapi kopi Starbucks juga sudah menguasai Mekkah dan Madinah. Jauh lebih penting adalah kualitas sumber daya manusia, sehingga segala sesuatu yang disentuhnya mendatangkan nilai tambah," katanya.
Saefuddin mengibaratkan Indonesia saat ini baru dalam tahap pemamah biak lantaran orang lain yang memproduksi dan ilmu-ilmu juga dari orang lain.
Bahkan, industri pesawat terbang yang diharapkan bisa maju ternyata terhenti akibat kebijakan politik karena negara-negara maju produsen produksi pesawat terbang tidak rela jika Indonesia juga memiliki pabrik pesawat terbang.
"Kondisi persaingan yang sangat ketat itu harus mampu dihadapi oleh Indonesia melalui ilmu dan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni," katanya.
Penulis buku berjudul "Integrasi Ilmu dan Islam" itu menyampaikan bahwa alam tidak pernah menentang perintah Allah, alam selalu bersujud kepada Allah.
"Manusialah yang berpotensi untuk berpikir lain dan menentang sunatullah. Di sinilah letak ilmu-ilmu humaniora yang perlu diintegrasikan dengan Islam," ujarnya.
Baca juga: Wapres ingin generasi muda Indonesia punya daya saing global
Saefuddin mengatakan Islam sebagai filter dan Islam juga sebagai syariat terkait ilmu-ilmu humaniora yang dikembangkan di sekolah-sekolah Islam.
Ia khawatir belum ada laboratorium yang menyeleksi buku-buku atau bahan-bahan ajaran yang sudah sesuai dengan syariat.
"Saya harap integrasi ilmu dan Islam ini tidak berhenti hanya sampai dengan terbitnya buku Islam disiplin ilmu, tetapi berlanjut dikembangkan menjadi penulisan buku-buku atau textbook semua disiplin ilmu terutama humaniora," ucap Saefuddin.
Sementara itu, Koordinator Konsorsium Epistemologi Islam Fathul Wahid mengatakan penulisan buku sebagai pengikat ilmu merupakan ikhtiar menjadikan ilmu semakin berusia panjang dan membuka lebih lebar untuk kebermanfaatan.
Penulisan pemikiran juga memantik diskusi lanjutan yang sangat penting untuk membangun iklim ilmiah yang sehat.
Baca juga: BRIN ciptakan talenta Indonesia berdaya saing global
"Merayakan kelahiran buku sangat penting sebab buku adalah publikasi karya intelektual. Tampaknya menjadi sangat baik jika kita biasa memberikan apresiasi yang tinggi kepada pengembangan ilmu melalui buku dan juga menulisnya," kata Fathul.
"Untuk masa yang akan datang boleh jadi peranan sumber daya alam tidak lagi begitu penting. Hal yang jauh lebih penting adalah kualitas sumber daya umat, sehingga setiap segala sesuatu yang disentuhnya mendatangkan nilai tambah," kata Saefuddin di Jakarta, Selasa.
Menteri Negara Pangan dan Hortikultura era Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie itu menuturkan kualitas ilmu dan sumber daya manusia yang mumpuni bisa membuat satu kilogram besi dapat menjadi barang yang bernilai ribuan kali ketimbang benda asalnya.
Menurut dia, kualitas sumber daya manusia dan ilmu yang baik itu bisa dilihat di Singapura. Negara seluas 728,6 kilometer persegi itu boleh dikatakan tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah, tetapi pendapatan perkapita penduduknya justru tertinggi di Asia Tenggara.
"Indonesia baru 3.000 dolar AS pendapatan perkapita per tahun, tetapi mobil berjubel, restoran berjubel, fast food di mana-mana, cafe di mana-mana," ujar Saefuddin.
Baca juga: Tokoh muda Muslim Jepang: Dakwah terpenting lewat perilaku
"Bukan arabika saja, tetapi kopi Starbucks juga sudah menguasai Mekkah dan Madinah. Jauh lebih penting adalah kualitas sumber daya manusia, sehingga segala sesuatu yang disentuhnya mendatangkan nilai tambah," katanya.
Saefuddin mengibaratkan Indonesia saat ini baru dalam tahap pemamah biak lantaran orang lain yang memproduksi dan ilmu-ilmu juga dari orang lain.
Bahkan, industri pesawat terbang yang diharapkan bisa maju ternyata terhenti akibat kebijakan politik karena negara-negara maju produsen produksi pesawat terbang tidak rela jika Indonesia juga memiliki pabrik pesawat terbang.
"Kondisi persaingan yang sangat ketat itu harus mampu dihadapi oleh Indonesia melalui ilmu dan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni," katanya.
Penulis buku berjudul "Integrasi Ilmu dan Islam" itu menyampaikan bahwa alam tidak pernah menentang perintah Allah, alam selalu bersujud kepada Allah.
"Manusialah yang berpotensi untuk berpikir lain dan menentang sunatullah. Di sinilah letak ilmu-ilmu humaniora yang perlu diintegrasikan dengan Islam," ujarnya.
Baca juga: Wapres ingin generasi muda Indonesia punya daya saing global
Saefuddin mengatakan Islam sebagai filter dan Islam juga sebagai syariat terkait ilmu-ilmu humaniora yang dikembangkan di sekolah-sekolah Islam.
Ia khawatir belum ada laboratorium yang menyeleksi buku-buku atau bahan-bahan ajaran yang sudah sesuai dengan syariat.
"Saya harap integrasi ilmu dan Islam ini tidak berhenti hanya sampai dengan terbitnya buku Islam disiplin ilmu, tetapi berlanjut dikembangkan menjadi penulisan buku-buku atau textbook semua disiplin ilmu terutama humaniora," ucap Saefuddin.
Sementara itu, Koordinator Konsorsium Epistemologi Islam Fathul Wahid mengatakan penulisan buku sebagai pengikat ilmu merupakan ikhtiar menjadikan ilmu semakin berusia panjang dan membuka lebih lebar untuk kebermanfaatan.
Penulisan pemikiran juga memantik diskusi lanjutan yang sangat penting untuk membangun iklim ilmiah yang sehat.
Baca juga: BRIN ciptakan talenta Indonesia berdaya saing global
"Merayakan kelahiran buku sangat penting sebab buku adalah publikasi karya intelektual. Tampaknya menjadi sangat baik jika kita biasa memberikan apresiasi yang tinggi kepada pengembangan ilmu melalui buku dan juga menulisnya," kata Fathul.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023
Tags: