Jakarta (ANTARA) - Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Muzal Kadim, SpA(K) menyebutkan dampak yang bisa terjadi pada tubuh bila nitrogen dalam bentuk cair tertelan, salah satunya perut kembung.

"Kalau 1 mililiter menjadi 700 mililiter, kalau secara cepat masuk ke lambung, menguap menjadi 700 mililiter, kapasitas lambung kan kecil ya. Paling-paling enggak sampai 100 mililiter. Kalau langsung mengembang secara cepat, perut jadi kembung," jelas dia kepada awak media secara daring, Selasa.

Tak hanya kembung, seseorang yang menelan nitrogen cair juga dapat mengalami sakit perut hebat, rasa begah dan terkadang muntah. Pada kondisi yang lebih berat, dia bisa mengalami kebocoran lambung atau perforasi lambung. Menurut Healthline, mereka dengan kondisi perforasi lambung biasanya merasa nyeri yang memburuk saat menyentuh atau meraba area lambung atau saat bergerak.

Baca juga: BPOM: Nitrogen cair pada pangan siap saji membahayakan tubuh

Pasien juga bisa mengalami gejala peritonitis seperti kelelahan, buang air kecil, tinja, atau gas lebih sedikit, sesak napas, detak jantung yang cepat dan pusing. Ini dikatakan termasuk kondisi darurat medis yang membutuhkan perawatan medis segera karena dapat mengancam jiwa.

Muzal mengatakan, nitrogen pada dasarnya zat yang tidak berbahaya, tidak berbau, berasa dan berwarna. Zat ini bisa dipadatkan sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk cair dengan suhu minus 196 derajat untuk digunakan dalam pengolahan dan penyajian makanan.

Nitrogen cair dapat menguap secara cepat sehingga dapat membentuk gas seakan efek mengebul. Makanan-makanan tertentu yang disajikan dengan zat ini seolah-olah mempunyai sensasi mengeluarkan asap.

"Selama dipakai dalam hal sesuai tidak masalah, hanya sebagai bahan untuk pendingin. Tapi kalau bahan cairnya tertelan, itu akan menimbulkan masalah," kata Muzal.

Oleh karena itu, menurut dia, perlu pengelolaan yang baik terkait nitrogen cair ini. Pun bagi orang yang mengelola zat karena dia berisiko terkena luka dingin apabila melakukan kontak terlalu lama tanpa menggunakan pelindung.

"Cara penyimpanan tidak boleh di ruang tertutup yang tidak kuat, dia (nitrogen) bisa mengembang dengan cepat bahkan meledak," kata dia.

Sebelumnya, nitrogen cair belakangan diperbincangkan sejumlah orang termasuk Kementerian Kesehatan karena digunakan pada jajanan "chiki ngebul" atau pangan dengan uap yang dihasilkan melalui proses penggunaan nitrogen cair dalam penyajiannya. Kementerian Kesehatan pada 12 Januari lalu menerima total 10 kasus dengan gejala keracunan pangan akibat mengonsumsi "chiki ngebul".

Baca juga: BBPOM Yogyakarta: Sekolah awasi penjualan jajanan bernitrogen cair

Baca juga: Pakar: Telisik pangan bernitrogen cair perlu diperluas hingga vendor

Baca juga: Pemprov Jatim bentuk tim investigasi makanan berbahan nitrogen cair