Pengamat: Indonesia harus waspada meski neraca perdagangan suplus
17 Januari 2023 11:26 WIB
Sebuah truk pengangkut peti kemas melintas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (15/12/2022). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 5,16 miliar dolar AS pada November 2022 dengan nilai ekspor 24,12 miliar dolar AS dan impor 18,96 miliar dolar AS atau surplus neraca perdagangan ke-31 berturut-turut yang dicapai Indonesia sejak Mei 2020. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dzulfian Syafrian mengatakan bahwa Indonesia harus tetap waspada meski laporan neraca perdagangan mencatat surplus pada Desember 2022.
"Dalam perdagangan itu kita mesti waspada. Bukan berarti dia (neraca perdagangan) keluar di Januari 2023 berarti tahun 2023 nanti perdagangan global akan baik-baik saja, karena ini kan ada jedanya. Itu datanya akhir tahun," kata Dzulfian saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Dzulfian mengatakan kondisi perekonomian global yang melemah telah mempengaruhi laporan neraca perdagangan Indonesia pada akhir 2022. Namun, hal ini bisa saja berbeda ketika memasuki 2023.
Baca juga: Pengamat sebut dua cara pertahankan surplus neraca perdagangan RI
Oleh karenanya, Dzulfian berpendapat bahwa Indonesia harus tetap melakukan antisipasi agar tidak ikut terperosok. "Ini kan data akhir tahun, tapi kita mesti antisipasi jangan bersenang diri gitu. Sedangkan pelemahan global itu kan terjadinya pada 2023," katanya.
Dzulfian mengatakan data yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bukanlah data dengan waktu yang sebenarnya atau real time sehingga tidak dapat menjadi tolok ukur untuk kesuksesan perekonomian pada 2023.
Meski demikian, nilai surplus 3,89 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 23,83 miliar dolar AS dan impor 19,94 miliar dolar AS pada neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2022 merupakan hal yang positif.
Artinya, kekhawatiran pelemahan ekonomi global belum terlalu terlihat di Indonesia sehingga masih bisa melakukan ekspor ke luar negeri.
Baca juga: Rupiah naik tajam masih didukung surplus neraca perdagangan
Dzulfian berpendapat bahwa di balik keberkahan tersebut Indonesia harus selalu waspada, terlebih jika perekonomian global pulih dan bergerak dengan cepat.
"Dalam konteks ekonomi, ketika kondisi global turun dampak ke kita tidak terlalu parah. Nah dari sisi itu kan kabar baik, tapi kabar buruknya adalah ketika nanti perekonomian global pulih, membaik atau bahkan bergerak cepat, kita nanti tidak bisa mengikuti. Kita nanti tidak bisa mendapatkan berkah benefit seperti negara-negara lain yang ekonominya lebih terintegrasi dengan perekonomian global," lanjutnya.
Oleh karenanya, Dzulfian menyarankan pemerintah Indonesia menyiapkan strategi untuk mempertahankan surplus di neraca perdagangan yakni dengan melakukan pemetaan terhadap negara dan komoditas untuk ekspor serta memperkuat atase perdagangan melalui duta besar Indonesia di luar negeri.
"Dalam perdagangan itu kita mesti waspada. Bukan berarti dia (neraca perdagangan) keluar di Januari 2023 berarti tahun 2023 nanti perdagangan global akan baik-baik saja, karena ini kan ada jedanya. Itu datanya akhir tahun," kata Dzulfian saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Dzulfian mengatakan kondisi perekonomian global yang melemah telah mempengaruhi laporan neraca perdagangan Indonesia pada akhir 2022. Namun, hal ini bisa saja berbeda ketika memasuki 2023.
Baca juga: Pengamat sebut dua cara pertahankan surplus neraca perdagangan RI
Oleh karenanya, Dzulfian berpendapat bahwa Indonesia harus tetap melakukan antisipasi agar tidak ikut terperosok. "Ini kan data akhir tahun, tapi kita mesti antisipasi jangan bersenang diri gitu. Sedangkan pelemahan global itu kan terjadinya pada 2023," katanya.
Dzulfian mengatakan data yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bukanlah data dengan waktu yang sebenarnya atau real time sehingga tidak dapat menjadi tolok ukur untuk kesuksesan perekonomian pada 2023.
Meski demikian, nilai surplus 3,89 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 23,83 miliar dolar AS dan impor 19,94 miliar dolar AS pada neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2022 merupakan hal yang positif.
Artinya, kekhawatiran pelemahan ekonomi global belum terlalu terlihat di Indonesia sehingga masih bisa melakukan ekspor ke luar negeri.
Baca juga: Rupiah naik tajam masih didukung surplus neraca perdagangan
Dzulfian berpendapat bahwa di balik keberkahan tersebut Indonesia harus selalu waspada, terlebih jika perekonomian global pulih dan bergerak dengan cepat.
"Dalam konteks ekonomi, ketika kondisi global turun dampak ke kita tidak terlalu parah. Nah dari sisi itu kan kabar baik, tapi kabar buruknya adalah ketika nanti perekonomian global pulih, membaik atau bahkan bergerak cepat, kita nanti tidak bisa mengikuti. Kita nanti tidak bisa mendapatkan berkah benefit seperti negara-negara lain yang ekonominya lebih terintegrasi dengan perekonomian global," lanjutnya.
Oleh karenanya, Dzulfian menyarankan pemerintah Indonesia menyiapkan strategi untuk mempertahankan surplus di neraca perdagangan yakni dengan melakukan pemetaan terhadap negara dan komoditas untuk ekspor serta memperkuat atase perdagangan melalui duta besar Indonesia di luar negeri.
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023
Tags: