Jakarta (ANTARA) - Pakar Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan pembentukan dan peningkatan penilaian risiko diri (self risk assessment) yang kuat dapat membantu Indonesia menghadapi COVID-19 subvarian XBB 1.5.

“Di tahun keempat kita memasuki masa pandemi ini, yang harus kita bangun adalah self risk assessment yang harus dibangun baik oleh individu, pemerintah atau masyarakat,” kata dia dalam Profit CNBC Indonesia yang disiarkan di Jakarta, Senin.

Dia menuturkan bahwa setiap pihak sudah seharusnya memilah dan menilai sendiri kapan, di mana, atau saat bersama siapa dirinya perlu mengetatkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, segera mencuci tangan, menjaga jarak, atau menjauhi kerumunan.

Masyarakat utamanya diharapkan sudah bisa menilai status kesehatan dirinya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal tersebut dapat diketahui dengan melakukan testing jika sudah merasakan gejala COVID-19 ataupun menyadari telah melakukan kontak erat.

“Meski sifat subvarian baru tidak seganas yang lalu, tapi bukan berarti kita sama sekali tidak menerapkan protokol kesehatan atau tidak melakukan tes. Semuanya harus tetap pada konteks, bahkan ketika pascapandemi,” katanya.

Baca juga: Plus-minus pencabutan PPKM bagi Jakarta

Menurut Dicky, dalam konteks menghadapi suatu wabah seperti COVID-19, kewaspadaan dan deteksi diri menjadi hal yang penting untuk meminimalisasi risiko yang disebabkan oleh infeksi virus.

Terlebih dalam kasus XBB 1.5, katanya, tidak hanya tingkat keparahan atau kematian yang kini harus dicermati betul oleh pemerintah, melainkan dampak buruk akibat "long COVID-19" yang dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Oleh karenanya, dirinya meminta supaya pemerintah tidak bersikap abai dan mengedukasi masyarakat bahwa belum ada negara yang aman dari COVID-19, walaupun tingkat keparahan atau kematian kecil.

Di sisi lain, dirinya juga meminta supaya para pemangku kepentingan dan pihak kesehatan lainnya membantu pemerintah meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggalakkan testing COVID-19.

Ia menilai selain vaksinasi, testing masih efektif membantu mencegah infeksi COVID-19 lebih meluas.

Terutama, katanya, saat akan menyambut perayaan besar seperti Imlek 2023, yang pastinya akan mengundang kerumunan dan potensi melakukan kontak erat akan semakin besar, sehingga berbahaya karena bisa memicu lonjakan kasus di Indonesia.

“Saya tekankan seperti sebelumnya bahwa testing menjadi penting karena itu akan melindungi diri kita dan orang-orang yang kita cintai,” kata epidemiolog itu.

Baca juga: Pakar: Vaksinasi COVID-19 jamin keberlangsungan pandemi terkendali
Baca juga: Epidemiolog: Vaksin booster penting cegah keparahan infeksi COVID-19