Sri Mulyani: APBN 2022 jadi instrumen strategis jaga pemulihan ekonomi
16 Januari 2023 17:32 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangannya selepas sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (16/1/2023). ANTARA/HO-Biro Pers Setpres/Rusman/am.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2022 telah menjadi instrumen yang sangat strategis untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi pada saat dunia dihadapkan pada kondisi yang sangat volatil.
Adapun pendapatan negara berhasil tumbuh 30,5 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) menjadi Rp2.626,4 triliun pada tahun lalu, sementara belanja negara naik 10,9 persen (yoy) mencapai Rp3.090,7 triliun sehingga defisit kas negara hanya sebesar 2,38 persen dari produk domestik bruto (PDB).
"APBN 2022 telah mendorong pemulihan ekonomi agar makin kuat dan tetap stabil," ujar Sri Mulyani dalam Keterangan Pers Menteri terkait Sidang Kabinet Paripurna yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan sepanjang tahun 2022, harga komoditas melonjak sangat tinggi dan mengalami kenaikan atau penurunan yang volatil, seperti harga gas alam yang sempat meningkat hingga 155 persen namun kemudian pertumbuhannya menurun menjadi hanya 18 persen.
Kondisi yang sama juga terjadi pada harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) yang sempat meningkat 54 persen menjadi 1.926 dolar AS per metrik ton, yang kemudian merosot turun sebesar 27 persen menjadi 915 dolar AS per metrik ton.
Harga batu bara pun ikut melonjak sangat tinggi sebesar 191 persen pada tahun lalu, begitu pula dengan harga minyak bumi mentah yang naik 71 persen dan kemudian turun kembali.
Maka dari itu, Bendahara Negara tersebut menilai volatilitas menjadi salah satu karakter di tahun 2022 yang mengancam pemulihan ekonomi Indonesia.
Kenaikan dari harga-harga dan volatilitas tersebut pun menyebabkan inflasi tinggi di berbagai negara sehingga membuat penurunan daya beli masyarakat, yang direspons dengan peningkatan suku bunga acuan di semua negara.
Beberapa negara yang menaikkan suku bunga acuan sangat tajam yakni Meksiko sebesar 500 basis poin (bps), Brasil dan Amerika Serikat masing-masing sebesar 450 bps, dan Inggris 300 bps.
"Kondisi ini semuanya berpotensi menciptakan pelemahan ekonomi, namun APBN selama tahun 2022 menjadi faktor untuk menstabilkan serta menjaga masyarakat dan ekonomi dari berbagai guncangan tadi," tuturnya.
Baca juga: Presiden: Fokus APBN 2023 pada lapangan kerja dan entas kemiskinan
Baca juga: Sri Mulyani kaji perubahan aturan parkir devisa hasil ekspor
Baca juga: Sri Mulyani: Resesi hingga perubahan iklim ancam global di 2023
Adapun pendapatan negara berhasil tumbuh 30,5 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) menjadi Rp2.626,4 triliun pada tahun lalu, sementara belanja negara naik 10,9 persen (yoy) mencapai Rp3.090,7 triliun sehingga defisit kas negara hanya sebesar 2,38 persen dari produk domestik bruto (PDB).
"APBN 2022 telah mendorong pemulihan ekonomi agar makin kuat dan tetap stabil," ujar Sri Mulyani dalam Keterangan Pers Menteri terkait Sidang Kabinet Paripurna yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan sepanjang tahun 2022, harga komoditas melonjak sangat tinggi dan mengalami kenaikan atau penurunan yang volatil, seperti harga gas alam yang sempat meningkat hingga 155 persen namun kemudian pertumbuhannya menurun menjadi hanya 18 persen.
Kondisi yang sama juga terjadi pada harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) yang sempat meningkat 54 persen menjadi 1.926 dolar AS per metrik ton, yang kemudian merosot turun sebesar 27 persen menjadi 915 dolar AS per metrik ton.
Harga batu bara pun ikut melonjak sangat tinggi sebesar 191 persen pada tahun lalu, begitu pula dengan harga minyak bumi mentah yang naik 71 persen dan kemudian turun kembali.
Maka dari itu, Bendahara Negara tersebut menilai volatilitas menjadi salah satu karakter di tahun 2022 yang mengancam pemulihan ekonomi Indonesia.
Kenaikan dari harga-harga dan volatilitas tersebut pun menyebabkan inflasi tinggi di berbagai negara sehingga membuat penurunan daya beli masyarakat, yang direspons dengan peningkatan suku bunga acuan di semua negara.
Beberapa negara yang menaikkan suku bunga acuan sangat tajam yakni Meksiko sebesar 500 basis poin (bps), Brasil dan Amerika Serikat masing-masing sebesar 450 bps, dan Inggris 300 bps.
"Kondisi ini semuanya berpotensi menciptakan pelemahan ekonomi, namun APBN selama tahun 2022 menjadi faktor untuk menstabilkan serta menjaga masyarakat dan ekonomi dari berbagai guncangan tadi," tuturnya.
Baca juga: Presiden: Fokus APBN 2023 pada lapangan kerja dan entas kemiskinan
Baca juga: Sri Mulyani kaji perubahan aturan parkir devisa hasil ekspor
Baca juga: Sri Mulyani: Resesi hingga perubahan iklim ancam global di 2023
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: