IMF: Fragmentasi dapat rugikan ekonomi global hingga 7 persen dari PDB
16 Januari 2023 09:11 WIB
Seorang peserta berdiri di dekat logo IMF pada International Monetary Fund-World Bank Annual Meeting 2018 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, 12 Oktober 2018. ANTARA/REUTERS/Johannes P. Christo.
Washington (ANTARA) - Fragmentasi ekonomi global yang parah setelah beberapa dekade meningkatkan integrasi ekonomi dapat mengurangi hasil atau output ekonomi global hingga 7,0 persen, tetapi kerugian tersebut dapat mencapai 8-12 persen di beberapa negara, jika teknologi juga dipisahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan dalam laporan staf baru.
IMF mengatakan bahkan fragmentasi yang terbatas dapat memangkas 0,2 persen dari PDB global, tetapi mengatakan lebih banyak pekerjaan diperlukan untuk menilai perkiraan kerugian sistem moneter internasional dan jaring pengaman keuangan global (GFSN).
Catatan tersebut, yang dirilis Minggu (15/1/2023) malam, mencatat bahwa arus barang dan modal global telah mendatar setelah krisis keuangan global 2008-2009, dan lonjakan pembatasan perdagangan terlihat pada tahun-tahun berikutnya.
"Pandemi COVID-19 dan invasi Rusia ke Ukraina semakin menguji hubungan internasional dan meningkatkan skeptisisme tentang manfaat globalisasi," kata laporan staf tersebut.
Dikatakan memperdalam hubungan perdagangan telah menghasilkan pengurangan besar dalam kemiskinan global selama bertahun-tahun, sekaligus menguntungkan konsumen berpenghasilan rendah di negara maju melalui harga yang lebih rendah.
Penguraian hubungan perdagangan "akan berdampak paling buruk bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan konsumen yang kurang mampu di negara-negara maju," katanya.
Pembatasan migrasi lintas batas akan menghilangkan keterampilan yang berharga dari ekonomi tuan rumah sekaligus mengurangi pengiriman uang di negara pengirim migran. Berkurangnya arus modal akan mengurangi investasi asing langsung, sementara penurunan kerja sama internasional akan menimbulkan risiko terhadap penyediaan barang publik global yang vital.
IMF mengatakan studi yang ada menunjukkan bahwa semakin dalam fragmentasi, semakin dalam biayanya, dengan pemisahan teknologi secara signifikan memperbesar kerugian dari pembatasan perdagangan.
Dicatat bahwa negara-negara emerging market dan negara berpenghasilan rendah cenderung paling berisiko karena ekonomi global bergeser ke lebih banyak regionalisasi keuangan dan sistem pembayaran global yang terfragmentasi.
"Dengan pembagian risiko internasional yang lebih sedikit, (fragmentasi ekonomi global) dapat menyebabkan volatilitas ekonomi makro yang lebih tinggi, krisis yang lebih parah, dan tekanan yang lebih besar pada penyangga nasional," katanya.
Ini juga dapat melemahkan kemampuan komunitas global untuk mendukung negara-negara yang mengalami krisis dan mempersulit penyelesaian krisis utang negara di masa depan.
Baca juga: IMF jaga perkiraan pertumbuhan global 2023 stabil di 2,7 persen
Baca juga: Ketua IMF: Perekonomian global hadapi tahun yang lebih sulit pada 2023
Baca juga: IMF: Utang global jauh di atas tingkat pra-pandemi meski ada penurunan
IMF mengatakan bahkan fragmentasi yang terbatas dapat memangkas 0,2 persen dari PDB global, tetapi mengatakan lebih banyak pekerjaan diperlukan untuk menilai perkiraan kerugian sistem moneter internasional dan jaring pengaman keuangan global (GFSN).
Catatan tersebut, yang dirilis Minggu (15/1/2023) malam, mencatat bahwa arus barang dan modal global telah mendatar setelah krisis keuangan global 2008-2009, dan lonjakan pembatasan perdagangan terlihat pada tahun-tahun berikutnya.
"Pandemi COVID-19 dan invasi Rusia ke Ukraina semakin menguji hubungan internasional dan meningkatkan skeptisisme tentang manfaat globalisasi," kata laporan staf tersebut.
Dikatakan memperdalam hubungan perdagangan telah menghasilkan pengurangan besar dalam kemiskinan global selama bertahun-tahun, sekaligus menguntungkan konsumen berpenghasilan rendah di negara maju melalui harga yang lebih rendah.
Penguraian hubungan perdagangan "akan berdampak paling buruk bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan konsumen yang kurang mampu di negara-negara maju," katanya.
Pembatasan migrasi lintas batas akan menghilangkan keterampilan yang berharga dari ekonomi tuan rumah sekaligus mengurangi pengiriman uang di negara pengirim migran. Berkurangnya arus modal akan mengurangi investasi asing langsung, sementara penurunan kerja sama internasional akan menimbulkan risiko terhadap penyediaan barang publik global yang vital.
IMF mengatakan studi yang ada menunjukkan bahwa semakin dalam fragmentasi, semakin dalam biayanya, dengan pemisahan teknologi secara signifikan memperbesar kerugian dari pembatasan perdagangan.
Dicatat bahwa negara-negara emerging market dan negara berpenghasilan rendah cenderung paling berisiko karena ekonomi global bergeser ke lebih banyak regionalisasi keuangan dan sistem pembayaran global yang terfragmentasi.
"Dengan pembagian risiko internasional yang lebih sedikit, (fragmentasi ekonomi global) dapat menyebabkan volatilitas ekonomi makro yang lebih tinggi, krisis yang lebih parah, dan tekanan yang lebih besar pada penyangga nasional," katanya.
Ini juga dapat melemahkan kemampuan komunitas global untuk mendukung negara-negara yang mengalami krisis dan mempersulit penyelesaian krisis utang negara di masa depan.
Baca juga: IMF jaga perkiraan pertumbuhan global 2023 stabil di 2,7 persen
Baca juga: Ketua IMF: Perekonomian global hadapi tahun yang lebih sulit pada 2023
Baca juga: IMF: Utang global jauh di atas tingkat pra-pandemi meski ada penurunan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: