Pasukan Amhara tinggalkan bagian utara Tigray
13 Januari 2023 22:55 WIB
Dokumentasi - Anggota Pasukan Khusus Amhara kembali ke pangkalan Militer Divisi 5 Mekanis Dansha setelah bertempur melawan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), di Danasha, wilayah Amhara dekat perbatasan dengan Tigray, Ethiopia (9/11/2020). ANTARA/REUTERS/Tiksa Negeri/aa. (REUTERS/TIKSA NEGERI)
Addis Ababa (ANTARA) - Pasukan dari daerah Amhara, Ethiopia, yang berjuang mendukung pasukan federal saat perang dua tahun dengan Tigray, telah mundur sejalan dengan gencatan senjata yang didukung Uni Afrika, kata pasukan Etiopia dalam sebuah pernyataan, Kamis.
Pemerintah federal Ethiopia dan Front Pembebasan Rakyat Tigray (Tigray People's Liberation Front/TPLF), sebuah pasukan gerilya yang menjadi partai politik yang menguasai daerah tersebut, setuju untuk berhenti bertempur pada 2 November setelah berdiskusi.
Mundurnya pasukan Amhara merupakan langkah penting dalam penerapan gencatan senjata tersebut, termasuk pelucutan senjata pasukan Tigray, yang mulai menyerahkan artileri berat mereka pada Rabu.
Konflik tersebut, yang terjadi pada November 2020 karena perbedaan pendapat di antara pemerintahan Addis Ababa dan otoritas Tigray, membuat ratusan ribu orang terancam kelaparan.
Selain itu, konflik itu juga menewaskan puluhan ribu populasi dan membuat jutaan rakyat mengungsi di Ethiopia utara.
Gizachew Muluneh, juru bicara untuk pemerintah daerah Amhara, dan Getachew Reda, juru bicara untuk pasukan Tigray, tidak merespon secara langsung terhadap permintaan untuk komentar.
Pemulihan layanan dasar untuk Tigray, kelanjutan bantuan kemanusiaan, dan penarikan pasukan dari Eritrea, yang bertempur bersama pasukan Ethiopia, juga merupakan komponen penting dalam perjanjian tersebut.
Para tentara Eritrea mulai mundur dari beberapa kota besar di Tigray pada akhir bulan lalu. Tetapi, menurut para warga, mereka belum sepenuhnya meninggalkan kota-kota tersebut, dan belum ada kepastian apakah mereka berniat untuk pergi.
Eritrea, yang bukan merupakan pihak dalam gencatan senjata tersebut, telah menolak untuk berkomentar apakah pasukannya akan meninggalkan Tigray.
Pejuang dari Amhara memasuki Tigray pada November 2020 untuk mendukung pasukan pemerintah. Mereka juga menangkap sepetak wilayah di Tigray bagian barat yang mereka anggap secara historis milik mereka.
Pasukan Amhara tampaknya belum mundur dari wilayah barat. Para ahli khawatir bahwa konflik wilayah yang telah berlangsung lama tersebut dapat menggagalkan kesempatan untuk perdamaian yang berlangsung lama.
Sumber: Reuters
Baca juga: Konflik dan kekeringan dorong peningkatan kerawanan pangan di Ethiopia
Baca juga: Unjuk rasa muncul di seluruh Ethiopia, tolak campur tangan asing
Baca juga: Frekuensi penerbangan Ethiopian Airlines ke level pra-COVID-19
Pemerintah federal Ethiopia dan Front Pembebasan Rakyat Tigray (Tigray People's Liberation Front/TPLF), sebuah pasukan gerilya yang menjadi partai politik yang menguasai daerah tersebut, setuju untuk berhenti bertempur pada 2 November setelah berdiskusi.
Mundurnya pasukan Amhara merupakan langkah penting dalam penerapan gencatan senjata tersebut, termasuk pelucutan senjata pasukan Tigray, yang mulai menyerahkan artileri berat mereka pada Rabu.
Konflik tersebut, yang terjadi pada November 2020 karena perbedaan pendapat di antara pemerintahan Addis Ababa dan otoritas Tigray, membuat ratusan ribu orang terancam kelaparan.
Selain itu, konflik itu juga menewaskan puluhan ribu populasi dan membuat jutaan rakyat mengungsi di Ethiopia utara.
Gizachew Muluneh, juru bicara untuk pemerintah daerah Amhara, dan Getachew Reda, juru bicara untuk pasukan Tigray, tidak merespon secara langsung terhadap permintaan untuk komentar.
Pemulihan layanan dasar untuk Tigray, kelanjutan bantuan kemanusiaan, dan penarikan pasukan dari Eritrea, yang bertempur bersama pasukan Ethiopia, juga merupakan komponen penting dalam perjanjian tersebut.
Para tentara Eritrea mulai mundur dari beberapa kota besar di Tigray pada akhir bulan lalu. Tetapi, menurut para warga, mereka belum sepenuhnya meninggalkan kota-kota tersebut, dan belum ada kepastian apakah mereka berniat untuk pergi.
Eritrea, yang bukan merupakan pihak dalam gencatan senjata tersebut, telah menolak untuk berkomentar apakah pasukannya akan meninggalkan Tigray.
Pejuang dari Amhara memasuki Tigray pada November 2020 untuk mendukung pasukan pemerintah. Mereka juga menangkap sepetak wilayah di Tigray bagian barat yang mereka anggap secara historis milik mereka.
Pasukan Amhara tampaknya belum mundur dari wilayah barat. Para ahli khawatir bahwa konflik wilayah yang telah berlangsung lama tersebut dapat menggagalkan kesempatan untuk perdamaian yang berlangsung lama.
Sumber: Reuters
Baca juga: Konflik dan kekeringan dorong peningkatan kerawanan pangan di Ethiopia
Baca juga: Unjuk rasa muncul di seluruh Ethiopia, tolak campur tangan asing
Baca juga: Frekuensi penerbangan Ethiopian Airlines ke level pra-COVID-19
Penerjemah: Fadhli Ruhman
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2023
Tags: