Jakarta (ANTARA) - Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Jakarta Utara meningkatkan sosialisasi daur ulang sampah kepada warga pesisir Jakarta sebagai upaya menyikapi lautan sampah setiap terjadi fenomena alam angin muson barat, seperti di RW 07 Kelurahan Marunda, Cilincing.

Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Kota Jakarta Utara, Achmad Hariadi mengatakan, upaya edukasi menjadi poin utama dalam penanggulangan sampah di Jakarta.

"Jadi kami menguatkan dari sisi edukasi kepada warga pesisir untuk melakukan pilah dan daur ulang sampah. Kami lakukan sosialisasi dan upaya percontohan daur ulang sampah melalui bank sampah yang ada di setiap Rukun Warga (RW)," kata Hariadi dalam pernyataan di Jakarta Utara, Jumat.

Menurut Hariadi, sisi edukasi mengenai upaya daur ulang sampah kerap disampaikan kepada setiap warga, termasuk warga yang mendiami wilayah pesisir.

Terhadap penanggulangan sampah di pesisir, Hariadi menjelaskan, pihaknya telah menempatkan kontainer pada dua titik sepanjang tanggul pantai National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) di Kelurahan Kalibaru, Cilincing.

“Sesuai titik yang sudah ditentukan, kami tempatkan kontainer untuk menampung sampah warga pesisir,” ujar dia.

Baca juga: Sampah plastik ancam lingkungan pesisir Jakarta

Kepala Satuan Pelaksana Sudin LH di Kecamatan Cilincing (Jakarta Utara) Leontino mengatakan, penanggulangan sampah pesisir pada dasarnya merupakan domain Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Seribu.

Namun pihaknya tetap berkolaborasi dengan mengerahkan sejumlah petugas dan sarana truk sampah pada kegiatan gerebek sampah di pesisir Marunda Kepu.

“Kami bersama-sama Gerebek Sampah di lokasi itu meski itu bukan domain kami. Kami turut membantu agar sampah di pesisir dapat cepat terselesaikan," Leontino.

Koordinator Lapangan Sudin Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu Supendi mengatakan, pihaknya setiap hari menurunkan petugas pengerukan lautan sampah di pesisir meski dengan peralatan yang kurang maksimal.

Terlebih jika dilihat dari jumlah personel, hanya terdiri dari tiga tim yang masing-masing beranggota tujuh personel. Sedangkan hasil pembersihan yang dalam satu hari bisa terangkut lebih dari 1 sampai 2 ton sampah.

"Setiap hari kita kumpulkan seperti ini, per hari rata-rata tergantung kondisi sampah ya, dari satu ton sampai dua ton per hari," kata Supendi.

Baca juga: Hamparan sampah anorganik halangi aktifitas nelayan pesisir

Ia memerinci, hasil pembersihan pada 8 Januari, terangkut sebanyak 1.500 kilogram atau sekitar 1,5 ton sampah.

Kemudian pada 9 Januari dikeruk sebanyak 1.400 kilogram atau 1,4 ton sampah dari pesisir Marunda Kepu. Kemudian pada Selasa 10 Januari juga diangkut sekitar 1.500 kilogram atau sekitar 1,5 ton sampah.

Sedangkan sampah yang diangkut dari hasil penyisiran pada Kamis (12/1) sebanyak 1,9 ton.
Sampah-sampah yang sudah dikeruk menggunakan tangan kosong maupun cangkrang besi kemudian diangkut secara manual menggunakan keranjang untuk kemudian dipindahkan berkala per dua hari.

Selanjutnya, sampah dibawa menggunakan truk untuk dipindahkan ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. Pada Kamis, sampah yang diangkut menggunakan truk mencapai sekitar 3,3 ton. Ada juga sampah yang dipindahkan menggunakan kapal sebanyak dua ton.

Supendi menuturkan, keberadaan sampah-sampah di pesisir Marunda Kepu atau muara Kanal Banjir Timur (BKT) tak terlepas dari kondisi musim angin barat.

Baca juga: Sampah pesisir utara Jakarta sudah capai 54 ton

Menurut Supendi, sampah-sampah tersebut awalnya terbawa ke laut dari 13 aliran sungai utama di Jabodetabek. Kemudian, sampah-sampah tersebut kembali terbawa arus hingga menetap di lautan pesisir Jakarta.

"Rata-rata sampahnya dari kali, dia udah ke tengah balik, karena terbawa arus kembali," kata Supendi.

Adapun keberadaan sampah pesisir ini membuat kawasan permukiman kampung nelayan di sana memprihatinkan. Tumpukannya berada di ujung aliran kali BKT, mengotori pesisir yang biasa dikunjungi warga untuk memancing.

Kondisi sampah-sampah sudah hampir serupa daratan alias bisa dilalui dengan berjalan. Padahal, posisinya ada di atas lautan alias menutupi perairan pesisir Marunda Kepu.

Bungkus kopi, mimi cepat saji (instan), cemilan, hingga gelas plastik berserakan. Ada pula sampah-sampah kayu yang mencemari pesisir Jakarta Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi itu.

Baca juga: LSM desak ancaman kerusakan ekosistem pesisir Jakarta diatasi

Seorang nelayan yang tinggal di Marunda Kepu, RW 07 Kelurahan Marunda, Agus (60) mengatakan, keberadaan sampah ini sudah dilihatnya setiap hari. Namun, kuantitasnya meningkat seiring memasuki musim hujan atau bagi para nelayan dikenal sebagai musim angin barat.

"Ini sampah hampir setiap tahun datang, terutama musim hujan atau musim angin barat ya," kata Agus yang menambahkan, sampah-sampah ini bukan merupakan hasil buangan warga setempat.

Setahu dirinya, sampah-sampah tersebut terbawa arus angin barat dari lautan sehingga tertahan di perairan pesisir Marunda Kepu.
Sebagai nelayan yang setiap hari melaut dengan perahu kayu, Agus mengaku terganggu dengan keberadaan sampah-sampah ini.

Apalagi sampah kerap kali menyangkut ke baling-baling perahunya. "Sampai sering nyangkut ke mesin. Jadi kalo sampahnya nyangkut di mesin harus dibersihkan dulu, baru diengkol lagi," kata Agus.

Ia berharap penanganan maksimal bisa dilakukan petugas supaya pesisir Marunda Kepu bersih dari sampah.