Indonesia dan Korea bertukar ilmu dan pengalaman bahas karbon biru
Nelayan mengangkut benih rumput laut ke atas perahu di perairan Desa Bonto Jai, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Minggu (27/11/2022). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan memfokuskan kegiatan budi daya pada produk perikanan unggulan seperti rumput laut yang mampu menyerap karbon serta mengoptimalkan pemanfaatan komoditas tersebut untuk dikembangkan menjadi kawasan industri rumput laut berkelanjutan guna mendukung program prioritas KKP yang berbasis pada ekonomi biru. ANTARA FOTO/Arnas Padda/aww. (ANTARA/ARNAS PADDA)
"Seminar kali ini merupakan tindak lanjut kerja sama karbon biru Korea-Indonesia," kata Asisten Deputi Pengelolaan Perubahan Iklim dan Kebencanaan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) Kus Prisetiahadi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Seminar tersebut merupakan forum para pakar di bidang karbon biru dari Indonesia dan Korea untuk berdiskusi dan bertukar ilmu dan pengalaman serta ide yang akan didiskusikan dan menjadi dasar perancangan proyek karbon biru di Indonesia melalui skema Official Development Assistance (ODA).
Proyek ODA tersebut akan menjadi salah satu platform untuk mengimplementasikan rencana nyata yang dapat ditindaklanjuti untuk melawan isu perubahan iklim dan memperkuat kerja sama antara Korea dan Indonesia, khususnya di bidang maritim.
Seminar ahli karbon biru kedua Indonesia-Korea itu dilaksanakan oleh Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC), Seoul National University dan Kunsan National University, atas nama Kementerian Samudera dan Perikanan Republik Korea (MOF) dan Kemenkomarves Republik Indonesia.
Baca juga: Dukung aksi iklim, Luhut: RI siap kembangkan ekosistem karbon biru
Baca juga: Luhut tegaskan kesiapan RI kembangkan ekosistem karbon biru di COP27
Kus menuturkan Indonesia memiliki potensi karbon biru yang besar, yakni 3,4 Giga Ton (GT) atau sekitar 17 persen dari karbon biru dunia. Perluasan area ekosistem karbon biru, dukungan teknis, dan peningkatan kapasitas, khususnya di wilayah laut dan pesisir diperlukan demi menjaga sumber daya alam tetap lestari.
Korea-Indonesia MTCRC adalah pusat penelitian bersama antar pemerintah di bidang ilmu dan teknologi kelautan antara Korea yang diwakili oleh Korea Institute of Ocean Science and Technology (KIOST) atas nama MOF dan Indonesia yang diwakili oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kemenkomarves.
Pendirian MTCRC bertujuan untuk memperkuat dan mempromosikan kerja sama praktis di bidang ilmu dan teknologi kelautan antara kedua negara.
Sebelumnya, berdasarkan hasil pertemuan bilateral antara Kementerian Samudera dan Perikanan Republik Korea dan Kemenkomarves Indonesia pada 13 Oktober 2021, kedua negara sepakat meningkatkan dan mengembangkan kegiatan kerja sama internasional karbon biru. Kerja sama itu akan direalisasikan dalam bentuk proyek ODA yang direncanakan dimulai pada 2024.
Karbon biru merupakan istilah yang digunakan untuk cadangan emisi karbon yang diserap, disimpan dan dilepaskan oleh ekosistem pesisir dan laut.
Baca juga: KLHK: Ekosistem pesisir potensial dukung aksi mitigasi perubahan iklim
Baca juga: KLHK: Hutan mangrove potensial menyimpan karbon biru
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023