BPBD DKI diminta koordinasi dengan BMKG-BNPB untuk antisipasi longsor
11 Januari 2023 10:15 WIB
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menjawab pertanyaan wartawan terkait pergerakan tanah dan rencana penerapan jalan berbayar elektronik di Balai Kota Jakarta, Rabu (11/1/2023). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna/aa.
Jakarta (ANTARA) - Penjabat Gubernur DKI Heru Budi Hartono meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI untuk memperkuat koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatolologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) guna mengantisipasi dampak tanah longsor.
“Koordinasi dengan BMKG, BNPB,” kata Heru di Pendopo Balai Kota Jakarta, Rabu.
Selain itu, ia juga meminta BPBD DKI untuk selalu memberikan informasi yang cepat kepada masyarakat terkait kebencanaan.
Meski begitu, Heru juga meminta masyarakat untuk memperhatikan informasi yang disampaikan oleh BPBD DKI sehingga dapat menekan dampak negatif potensi pergerakan tanah yang rawan longsor.
BPBD DKI memperbaharui rilis kepada masyarakat terkait kebencanaan termasuk potensi tanah longsor berupa imbauan salah satunya melalui media sosial Instagram @bpbddkijakarta.
Baca juga: Potensi rawan longsor di Jakarta meluas jadi 15 titik
“Sehingga bisa bersama-sama untuk melakukan aksi secepatnya,” katanya.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), ada 15 titik di Provinsi DKI Jakarta berada di Zona Menengah potensi terjadi pergerakan tanah karena cuaca ekstrem.
Adapun 15 titik di Jakarta yang memiliki potensi pergerakan tanah yakni Jakarta Pusat meliputi wilayah Kecamatan Menteng.
Kemudian, Jakarta Selatan meliputi wilayah Kecamatan Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan, dan Tebet.
Selanjutnya di Jakarta Timur meliputi wilayah Kecamatan Cakung, Kramat Jati, Matraman, Pasar Rebo, dan Pulo Gadung.
Baca juga: Warga Jakarta diimbau pantau potensi cuaca ekstrem
Mencermati data itu, penambahan titik potensi pergerakan tanah di DKI dibandingkan Desember 2022 yakni Tebet, Menteng, Matraman, Pulo Gadung, dan Cakung.
BPBD DKI menyebutkan pada Zona Menengah dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
Sementara itu pada Zona Tinggi, gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
“Koordinasi dengan BMKG, BNPB,” kata Heru di Pendopo Balai Kota Jakarta, Rabu.
Selain itu, ia juga meminta BPBD DKI untuk selalu memberikan informasi yang cepat kepada masyarakat terkait kebencanaan.
Meski begitu, Heru juga meminta masyarakat untuk memperhatikan informasi yang disampaikan oleh BPBD DKI sehingga dapat menekan dampak negatif potensi pergerakan tanah yang rawan longsor.
BPBD DKI memperbaharui rilis kepada masyarakat terkait kebencanaan termasuk potensi tanah longsor berupa imbauan salah satunya melalui media sosial Instagram @bpbddkijakarta.
Baca juga: Potensi rawan longsor di Jakarta meluas jadi 15 titik
“Sehingga bisa bersama-sama untuk melakukan aksi secepatnya,” katanya.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), ada 15 titik di Provinsi DKI Jakarta berada di Zona Menengah potensi terjadi pergerakan tanah karena cuaca ekstrem.
Adapun 15 titik di Jakarta yang memiliki potensi pergerakan tanah yakni Jakarta Pusat meliputi wilayah Kecamatan Menteng.
Kemudian, Jakarta Selatan meliputi wilayah Kecamatan Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan, dan Tebet.
Selanjutnya di Jakarta Timur meliputi wilayah Kecamatan Cakung, Kramat Jati, Matraman, Pasar Rebo, dan Pulo Gadung.
Baca juga: Warga Jakarta diimbau pantau potensi cuaca ekstrem
Mencermati data itu, penambahan titik potensi pergerakan tanah di DKI dibandingkan Desember 2022 yakni Tebet, Menteng, Matraman, Pulo Gadung, dan Cakung.
BPBD DKI menyebutkan pada Zona Menengah dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
Sementara itu pada Zona Tinggi, gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023
Tags: