Erupsi dan guguran masih terjadi di Gunung Semeru
9 Januari 2023 17:26 WIB
Gunung Semeru yang terpantau dari Pos Pengamatan Gunung Api Semeru di Gunung Sawur, Kabupaten Lumajang, Senin (9/1/2023). (ANTARA/HO-PVMBG)
Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Aktivitas erupsi/letusan dan guguran masih terjadi di Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur.
Berdasarkan laporan tertulis yang dibuat petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, Yadi Yuliandi di Gunung Sawur, pada Senin pukul 00.00-06.00 WIB menyebutkan bahwa terjadi 25 kali erupsi dengan amplitudo 11-23 mm dengan lama gempa 70-200 detik.
"Berdasarkan pengamatan kegempaan, juga terjadi satu kali guguran dengan amplitudo 4 mm dan lama gempa 50 detik," tuturnya.
Menurutnya, aktivitas Gunung Semeru juga tercatat mengalami dua kali harmonik dengan amplitudo 2-4 mm dengan lama gempa 275-315 detik, kemudian dua kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 11-25 mm.
Baca juga: Wabup Lumajang: Warga di zona merah Semeru dapat hunian relokasi
Baca juga: BPBD Lumajang imbau warga di lereng Semeru waspadai cuaca ekstrem
"Secara visual, Gunung Semeru terlihat jelas. Asap kawah tidak teramati, cuaca cerah, angin lemah ke arah utara dan timur laut," katanya.
Sedangkan aktivitas Semeru untuk periode Senin pukul 06.00-12.00 WIB secara visual gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut, asap kawah tidak teramati, cuaca cerah hingga berawan, angin lemah hingga sedang ke arah utara dan timur laut.
"Untuk aktivitas kegempaan tercatat 19 kali erupsi dengan amplitudo 10-23 mm dan satu kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 12 mm," ujarnya.
Ia menjelaskan status gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut pada Level III atau Siaga, sehingga masyarakat diimbau untuk mematuhi rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
"Masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi)," katanya.
Di luar jarak tersebut, masyarakat juga tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
"Masyarakat juga diimbau tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar)," ujarnya.
Masyarakat juga perlu mewaspadai potensi guguran awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.*
Baca juga: Aktivitas Gunung Semeru masih didominasi erupsi dan guguran
Baca juga: BNPB paparkan alasan erupsi Semeru tidak menimbulkan korban jiwa
Berdasarkan laporan tertulis yang dibuat petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, Yadi Yuliandi di Gunung Sawur, pada Senin pukul 00.00-06.00 WIB menyebutkan bahwa terjadi 25 kali erupsi dengan amplitudo 11-23 mm dengan lama gempa 70-200 detik.
"Berdasarkan pengamatan kegempaan, juga terjadi satu kali guguran dengan amplitudo 4 mm dan lama gempa 50 detik," tuturnya.
Menurutnya, aktivitas Gunung Semeru juga tercatat mengalami dua kali harmonik dengan amplitudo 2-4 mm dengan lama gempa 275-315 detik, kemudian dua kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 11-25 mm.
Baca juga: Wabup Lumajang: Warga di zona merah Semeru dapat hunian relokasi
Baca juga: BPBD Lumajang imbau warga di lereng Semeru waspadai cuaca ekstrem
"Secara visual, Gunung Semeru terlihat jelas. Asap kawah tidak teramati, cuaca cerah, angin lemah ke arah utara dan timur laut," katanya.
Sedangkan aktivitas Semeru untuk periode Senin pukul 06.00-12.00 WIB secara visual gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut, asap kawah tidak teramati, cuaca cerah hingga berawan, angin lemah hingga sedang ke arah utara dan timur laut.
"Untuk aktivitas kegempaan tercatat 19 kali erupsi dengan amplitudo 10-23 mm dan satu kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 12 mm," ujarnya.
Ia menjelaskan status gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut pada Level III atau Siaga, sehingga masyarakat diimbau untuk mematuhi rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
"Masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi)," katanya.
Di luar jarak tersebut, masyarakat juga tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
"Masyarakat juga diimbau tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar)," ujarnya.
Masyarakat juga perlu mewaspadai potensi guguran awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.*
Baca juga: Aktivitas Gunung Semeru masih didominasi erupsi dan guguran
Baca juga: BNPB paparkan alasan erupsi Semeru tidak menimbulkan korban jiwa
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023
Tags: