Sydney (ANTARA) - Pandemi COVID menurunkan populasi Australia hingga satu juta dari proyeksi sebelumnya dan menjadi tantangan bagi negara yang bergantung pada kenaikan jumlah konsumen untuk mendorong pertumbuhan.

Meski demikian, pemulihan cepat di sektor migrasi diharapkan dapat mengurangi dampak penurunan populasi tersebut.

Data pada Pernyataan Populasi 2022 pemerintah yang dirilis pada Jumat juga menunjukkan bahwa COVID-19 menurunkan tingkat harapan hidup di Australia untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, meski dampak di Australia cukup ringan dibandingkan banyak negara maju lainnya.

Penutupan perbatasan akibat pandemi pada 2020 dan 2021 menurunkan pertumbuhan populasi hingga 0,1 persen, jauh di bawah rata-rata 1,6 persen pada dekade sebelumnya. Sementara tingkat migrasi, untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia Kedua, menjadi negatif.

Satu dampak dari fenomena ini adalah kekurangan tenaga kerja dan penurunan tingkat pengangguran hingga 3,4 persen yang merupakan rekor terendah dalam 48 tahun, sehingga menyebabkan kenaikan upah dan menambah tekanan inflasi.

Pertumbuhan populasi diharapkan kembali meningkat hingga 1,4 persen pada Juni 2023 dan bertahan di level itu untuk beberapa tahun mendatang, namun tetap saja masih ada penurunan 1.2 juta penduduk pada 2032/33 dibandingkan proyeksi sebelum pandemi.

Populasi juga akan lebih tua dibandingkan prediksi sebelumnya, dengan median usia 39,8 tahun pada 2030/31 dibandingkan dengan 38,4 tahun proyeksi sebelum pandemi.

Tetapi, untungnya bagi pemberi kerja yang frustrasi, migrasi pulih lebih cepat dari yang dikhawatirkan dan diperkirakan akan menyamai tren sebelum pandemi sebanyak 235.000 dalam setahun pada 2022/2023.

Kebangkitan ini didorong oleh siswa mancanegara dengan tingkat pemberian visa tahun lalu mencatat rekor tertinggi sejak 2006, menurut laporan.

"Tetapi, pemulihan di migrasi tidak diperkirakan akan mengimbangi sepenuhnya berkurangnya pertumbuhan populasi saat pandemi dan Australia diprediksi akan terus menjadi lebih kecil dan tua dari yang seharusnya terjadi," laporan tersebut menyimpulkan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Populasi Australia mengecil dan menua pascapandemi COVID-19
Baca juga: Pakar sebut Australia berisiko perang jika tetap ikuti AS