Singapura (ANTARA) - Dolar naik tipis di sesi Asia pada perdagangan Kamis sore, tetapi berjuang untuk membuat keuntungan yang lebih besar karena dorongan dari Federal Reserve yang masih hawkish diredam oleh meningkatnya selera investor terhadap aset-aset berisiko yang didorong oleh pembukaan kembali China.
Risalah pertemuan kebijakan Fed pada Desember yang dirilis semalam menunjukkan sementara para pejabat sepakat bahwa bank sentral harus memperlambat laju kenaikan suku bunga yang agresif, mereka tetap fokus pada pengendalian inflasi, dan khawatir tentang "salah persepsi" di pasar keuangan bahwa komitmen mereka melemah.
Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari juga mengatakan pada Rabu (4/1) dia memperkirakan target suku bunga Fed memuncak pada 5,4 persen, lebih tinggi dari ekspektasi pasar saat ini sedikit di bawah 5,0 persen.
Greenback menguat pada Kamis sore setelah reaksi terhadap retorika hawkish Fed semalam diredam, dengan sterling terakhir 0,16 persen lebih rendah pada 1,2039 dolar, setelah naik 0,76 persen di sesi sebelumnya.
Euro stabil di 1,0605 dolar, menyusul kenaikan lebih dari 0,5 persen semalam.
Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS naik 0,06 persen menjadi 104,27, setelah meluncur 0,5 persen sehari sebelumnya.
"Risalah tersebut sebagian besar dalam ekspektasi -- tidak ada pemangkasan yang diharapkan (tahun ini), dot plot (proyeksi suku bunga Fed) itu sudah diperkirakan," kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC. "Singkat cerita, pasar tidak membeli dot plot Fed."
Efek dari kenaikan suku bunga agresif The Fed tahun lalu telah terasa di ekonomi AS, dengan survei dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan aktivitas manufaktur mengalami kontraksi lagi pada Desember. Meskipun demikian, pasar tenaga kerja negara itu tetap ketat karena lowongan pekerjaan AS turun kurang dari yang diperkirakan pada November.
"Pesannya tetap bahwa pasar tenaga kerja tetap sehat," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank (NAB).
Dolar Australia terakhir 0,39 persen lebih rendah pada 0,6812 dolar AS, setelah reli 1,7 persen semalam di tengah berita bahwa perencana negara China telah mengizinkan tiga utilitas yang didukung pemerintah pusat dan pembuat baja utamanya untuk melanjutkan impor batu bara dari Australia, menandai langkah pertama sejak Beijing memberlakukan larangan tidak resmi perdagangan batu bara dengan Canberra pada 2020.
Kiwi turun 0,24 persen menjadi 0,6276 dolar AS, setelah naik 0,7 persen di sesi sebelumnya.
"Dolar Australia jelas diuntungkan dari cerita batu bara," kata Attrill dari NAB, menambahkan bahwa sebagian besar mata uang komoditas lainnya juga didukung.
Di Asia, yen Jepang menguat di 132,58 per dolar, karena para pedagang bertaruh bahwa bank sentral Jepang (BoJ) akan segera sepenuhnya meninggalkan kontrol kurva imbal hasil yang kontroversial.
BoJ lebih menekankan pada ukuran inflasi yang tidak termasuk biaya bahan bakar dan kemungkinan akan menaikkan proyeksi pertumbuhan indeks dalam perkiraan kuartalan yang akan dirilis bulan ini, sumber mengatakan kepada Reuters.
Di tempat lain, yuan China stabil di sekitar level tertinggi empat bulan terhadap dolar, dengan yuan di pasar domestik terakhir berpindah tangan di 6,8807 per dolar, karena mata uang terus didukung oleh langkah-langkah pembukaan kembali China.
China akan membuka kembali perbatasan dengan wilayah administrasi khusus Hong Kong pada Minggu (8/1) untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.
Baca juga: Retorika "hawkish" Fed gagal angkat dolar di awal sesi Asia
Baca juga: Dolar pertahankan kerugian karena risalah Fed gagal mengejutkan pasar
Dolar menguat moderat di sesi Asia setelah risalah Fed "hawkish"
5 Januari 2023 15:20 WIB
Arsip foto - Dolar AS di Istanbul, Turki. ANTARA/Demirtas via Reuters Conne/pri.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023
Tags: