Jakarta (ANTARA) - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo berupaya Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara nihil kejadian fatal (zero fatality) kala cuaca ekstrem terjadi di kawasan itu.

"Kami berupaya memberikan kesadaran (awareness) kepada semua pemangku kepentingan (stakeholders) terkait pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di areal pelabuhan ini," kata General Manager Pelindo Regional 2 Tanjung Priok M Hadi Syafitri Noor di Jakarta Utara, Kamis.

Hadi mengatakan pihaknya terus memantau analisa cuaca dan perairan di Jakarta Utara dari Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) maupun Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Jika tidak ada cuaca ekstrem, menurut Hadi, dermaga Pelabuhan Tanjung Priok masih tergolong aman dari genangan air laut (rob) saat terjadi kenaikan permukaan air laut (pasang) puncak setiap pagi hari, sekitar pukul 08.00 WIB.

Baca juga: Soal WFH/WFO di Jakarta, diserahkan ke pemberi kerja

Karena ketinggian air laut saat terjadi pasang sekitar 2,7 meter belum melampaui elevasi dermaga di Pelabuhan Tanjung Priok yang rata-rata tiga meter di atas ketinggian daratan (+3).

Tapi berbeda cerita kalau terjadi hujan saat pasang, air bisa menggenang di darat (dermaga), kalau di laut juga terjadi pasang.

"Tapi kalau laut sedang surut, air yang menggenang (di darat) itu akan otomatis mengalir ke laut," kata Hadi.

Ia menyebut cuaca ekstrem berarti hujan bisa turun kapan saja. Tentu kondisi ini perlu kesiapan tambahan dari pihak pelabuhan, misalnya dengan menyiapkan pompa untuk mempercepat keringnya air yang menggenang di darat.

Baca juga: Bina Marga DKI diminta lebih gesit tangani dampak cuaca ekstrem

Hadi mengatakan saat ini di Kantor Pelindo (Persero) Regional 2 Tanjung Priok sendiri sudah tersedia tiga unit pompa untuk mengantisipasi prakiraan cuaca ekstrem di pesisir Jakarta tersebut.

.