Dokter: Usia anak dapat pengaruhi peluang TBC dengan gejala berat
5 Januari 2023 14:02 WIB
Tangkapan layar Dokter spesialis anak RSAB Harapan Kita Jakarta, Dimas Dwi Saputro (panel bawah) dalam diskusi Radio Kesehatan diikuti dari Jakarta, Kamis (5/1/2023) (ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita Jakarta, Dimas Dwi Saputro mengatakan usia anak yang semakin muda dapat meningkatkan peluang sakit tuberkulosis (TBC) dengan gejala berat.
Berbicara di dalam diskusi virtual Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) diikuti dari Jakarta, Kamis, Dimas menuturkan bahwa semua anak memiliki risiko tertular yang sama. Namun, peluang terinfeksi dengan timbul gejala atau TBC aktif berbeda di masing-masing kelompok usia.
"Usia di bawah 2 tahun itu risiko TBC berat sangat tinggi dibandingkan anak di atas usia 2 tahun sampai usia 5 tahun," katanya.
Menurut dia risiko sakit TBC mulai turun di usia di atas 5 tahun sampai dengan 10 tahun. Tapi ketika anak berusia di atas itu maka risiko TBC dapat meningkat kembali.
"Kesimpulannya, semakin muda anak semakin berat gejala TBC yang bisa diterima dan kalau sudah gejala TBC berat itu bisa ke otak," ujar Dimas.
Baca juga: Dokter: berat badan anak tidak naik waspada "silent diseases"
Baca juga: DKI minta orang tua lengkapi imunisasi dasar anak cegah TBC dan polio
Penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis ke otak dapat berpotensi memiliki gejala sisa pada anak penderita TBC otak. Hal itu dapat mengganggu tumbuh kembang anak ketika pulih.
TBC sendiri ditularkan melalui droplet atau air liur yang dapat tersebar melalui udara. Bakteri penyebab penyakit itu dapat bertahan di udara minimal 4 jam.
Untuk kasus pada anak, kebanyakan penularan terjadi dari orang dewasa kepada anak yang berada di sekitar penderita TBC.
Beberapa gejala TBC pada anak seperti berat badan turun dalam periode tertentu, demam lama atau berulang dan batuk lama tidak membaik meski diberi obat.
Menurut data Kemenkes, pada 2021 dari target 969 ribu angka insiden TBC baru 50-60 persen di antaranya yang baru ditemukan. Untuk itu, Kemenkes mendorong peningkatan pemeriksaan TBC untuk mendukung eliminasi penyakit itu pada 2030.
Baca juga: Menko PMK khawatirkan tingginya kasus TBC berisiko tulari anak-anak
Baca juga: Anak usia sekolah termasuk kelompok yang berisiko tinggi tertular TBC
Berbicara di dalam diskusi virtual Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) diikuti dari Jakarta, Kamis, Dimas menuturkan bahwa semua anak memiliki risiko tertular yang sama. Namun, peluang terinfeksi dengan timbul gejala atau TBC aktif berbeda di masing-masing kelompok usia.
"Usia di bawah 2 tahun itu risiko TBC berat sangat tinggi dibandingkan anak di atas usia 2 tahun sampai usia 5 tahun," katanya.
Menurut dia risiko sakit TBC mulai turun di usia di atas 5 tahun sampai dengan 10 tahun. Tapi ketika anak berusia di atas itu maka risiko TBC dapat meningkat kembali.
"Kesimpulannya, semakin muda anak semakin berat gejala TBC yang bisa diterima dan kalau sudah gejala TBC berat itu bisa ke otak," ujar Dimas.
Baca juga: Dokter: berat badan anak tidak naik waspada "silent diseases"
Baca juga: DKI minta orang tua lengkapi imunisasi dasar anak cegah TBC dan polio
Penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis ke otak dapat berpotensi memiliki gejala sisa pada anak penderita TBC otak. Hal itu dapat mengganggu tumbuh kembang anak ketika pulih.
TBC sendiri ditularkan melalui droplet atau air liur yang dapat tersebar melalui udara. Bakteri penyebab penyakit itu dapat bertahan di udara minimal 4 jam.
Untuk kasus pada anak, kebanyakan penularan terjadi dari orang dewasa kepada anak yang berada di sekitar penderita TBC.
Beberapa gejala TBC pada anak seperti berat badan turun dalam periode tertentu, demam lama atau berulang dan batuk lama tidak membaik meski diberi obat.
Menurut data Kemenkes, pada 2021 dari target 969 ribu angka insiden TBC baru 50-60 persen di antaranya yang baru ditemukan. Untuk itu, Kemenkes mendorong peningkatan pemeriksaan TBC untuk mendukung eliminasi penyakit itu pada 2030.
Baca juga: Menko PMK khawatirkan tingginya kasus TBC berisiko tulari anak-anak
Baca juga: Anak usia sekolah termasuk kelompok yang berisiko tinggi tertular TBC
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023
Tags: