New York (ANTARA) - Wall Street menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah perdagangan bergejolak menyusul rilis risalah dari pertemuan terakhir Federal Reserve, yang menunjukkan para pejabat berfokus pada pengendalian inflasi bahkan ketika mereka setuju untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 133,40 poin atau 0,40 persen, menjadi menetap di 33.269,77 poin. Indeks S&P 500 bertambah 28,83 poin atau 0,75 persen, menjadi ditutup pada 3.852,97 poin. Indeks Komposit Nasdaq meningkat 71,78 poin atau 0,69 persen, menjadi berakhir 10.458,76 poin.

Dari 11 sektor utama S&P 500, sektor energi yang terlemah ditutup naik 0,06 persen, sedangkan sektor real estat adalah yang terkuat, ditutup melonjak 2,3 persen, diikuti oleh kenaikan 1,7 persen pada sektor material.

Para pejabat pada pertemuan kebijakan Fed 13-14 Desember sepakat bahwa bank sentral AS harus terus meningkatkan biaya kredit untuk mengendalikan laju kenaikan harga-harga, tetapi secara bertahap dimaksudkan untuk membatasi risiko terhadap pertumbuhan ekonomi.

Investor meneliti pertimbangan internal Fed untuk petunjuk tentang jalan masa depannya. Setelah pertemuan, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan lebih banyak kenaikan diperlukan, dan mengambil nada yang lebih hawkish dari yang diperkirakan investor saat itu.

Sementara beberapa pengelola uang mengatakan risalah tersebut tidak mengandung kejutan, pasar tampaknya telah memegang harapan untuk beberapa tanda bahwa Fed setidaknya mempertimbangkan untuk melonggarkan pengetatan kebijakannya.

"Pasar seperti anak kecil yang meminta es krim. Orang tua mengatakan 'tidak', tetapi pasar terus meminta karena orang tua telah mengalah di masa lalu," kata Burns McKinney, manajer portofolio di NFJ Investment Group LLC di Dallas. "Pasar masih berpikir akan mendapatkan es krim, tidak secepat yang mereka pikirkan sebelumnya."

Baca juga: Dolar pertahankan kerugian karena risalah Fed gagal mengejutkan pasar

McKinney menunjuk risalah untuk bukti kekhawatiran pejabat Fed bahwa pelonggaran kondisi keuangan yang tidak beralasan akan mempersulit upaya mereka untuk melawan inflasi.

Juga pada Rabu (4/1/2023), Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari menekankan perlunya kenaikan suku bunga lanjutan, menetapkan perkiraannya sendiri bahwa suku bunga kebijakan awalnya akan berhenti di 5,4 persen.

"Risalah Fed adalah pengingat yang baik bagi investor untuk memperkirakan suku bunga tetap tinggi sepanjang tahun 2023. Di tengah pasar kerja yang terus-menerus kuat, masuk akal bahwa memerangi inflasi tetap menjadi permainan bagi Fed," kata Mike Loewengart, kepala konstruksi model portofolio di Morgan Stanley Global Investment Office di New York.

"Intinya adalah, meskipun kami membalik kalender, hambatan pasar dari tahun lalu tetap ada."

Pelaku pasar sekarang melihat peluang 68,8 persen untuk kenaikan suku bunga 25 basis poin dari Fed pada Februari, tetapi masih memperkirakan suku bunga memuncak tepat di bawah 5,0 persen pada Juni..

Sebelumnya pada hari itu, data menunjukkan lowongan pekerjaan AS pada November menunjukkan pasar tenaga kerja yang ketat, memberikan perlindungan Fed untuk mempertahankan kampanye pengetatan moneter lebih lama, sementara data lain menunjukkan manufaktur berkontraksi lebih lanjut pada Desember.

Ekuitas AS terpukul pada 2022 di tengah kekhawatiran resesi karena pengetatan kebijakan moneter yang agresif, dengan tiga indeks saham utama mencatat kerugian tahunan tertajam sejak 2008.

Di Nasdaq 100, pemenang terbesar adalah saham JD.Com Inc, yang melonjak 14,7 persen di tengah harapan pemulihan pasca-COVID-19 di China. Penurunan terbesar dialami Microsoft, jatuh 4,4 persen setelah analis UBS menurunkan peringkat sahamnya menjadi "netral" dari "beli".

Di bursa AS, 11,35 miliar saham berpindah tangan, dibandingkan dengan rata-rata 10,83 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir, termasuk beberapa pelemahan volume karena liburan.

Baca juga: Pasar saham Asia melonjak, risalah Fed jadi pusat perhatian pasar

Baca juga: Saham Inggris dibuka melemah jelang pidato Sunak dan risalah Fed

Baca juga: Harapan pembukaan China angkat mata uang berisiko jelang risalah Fed