Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkapkan pihaknya bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam pengendalian cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia.

"Berkaitan dengan realisasi penerbangan TMC (teknologi modifikasi cuaca) dari Bandara Halim, kita berkolaborasi baik," ujar Direktur Angkutan Udara Kemenhub Putu Eka Cahyadhi dalam konferensi pers bersama BMKG yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat.

Adapun pelaksanaan telah berjalan sejak 29 Desember kemarin hingga hari ini, dan sebanyak 13 penerbangan/sorti telah didukung teknologi ini.

Lebih lanjut, kata dia, Airnav selaku pelaksana lapangan (operator) telah berkolaborasi dengan stasiun meteorologi yang ada di lapangan, serta ATC (air traffic control) Airnav secara sistem telah tersambung ke BMKG.

"Jadi secara kesisteman sudah langsung (tersambung ke BMKG)," inbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan Kemenhub Junaidi turut menyampaikan antisipasi yang dilakukan dalam mewaspadai cuaca ekstrem di Indonesia.

"Di kami BPTD LPS sedang terpasang maritim Inawis di kantor kami di Merak," ujarnya.

Adapun Inawis merupakan alat yang mengetahui kondisi arus, kecepatan angin, tinggi gelombang di perairan.

Menurut Junaidi, alat ini sangat membantu untuk memantau cuaca di pelabuhan Merak-Bakauheni dan seluruh lintasan angkutan penyeberangan yang dipantaunya selama masa natal dan tahun baru ini.

Sementara berkaitan dengan teknologi modifikasi cuaca, pihaknya sangat mendukung upaya tersebut.

"Kami sangat mendukung dan sangat membantu dalam hal ini khususnya di Merak Bakauheni yang sempat ada (cuaca) ekstrem di tanggal 22 Desember. Kami tutup dulu lima jam tidak memberangkatkan kapal untuk Merak-Bakauheni," jelasnya.

Baca juga: Kemenhub intensifkan koordinasi antisipasi cuaca ekstrem

Baca juga: Kemenhub minta operator pelabuhan larang truk ODOL masuk kapal