Laporan dari China
China jawab rumor tingginya angka kematian akibat COVID-19
30 Desember 2022 09:43 WIB
Arsip foto - Tenaga kesehatan merawat seorang pasien di Rumah Sakit Shengjing Universitas Kedokteran China di Shenyang, Provinsi Liaoning, China timur laut (15/12/2022). ANTARA FOTO/Xinhua/Yang Qing/wsj/aa.
Beijing (ANTARA) - Otoritas kesehatan China menanggapi rumor tentang banyaknya jumlah kematian akibat COVID-19 selama gelombang terbaru virus corona yang menyita perhatian publik internasional.
Dalam perspektif kesehatan masyarakat, sangat sulit menentukan penyebab kematian secara akurat pada tahap awal penularan, kata Liang Wannian, Ketua Dewan Pakar Tanggap COVID-19 Komisi Kesehatan Nasional China (NHC), kepada pers, Kamis (29/12).
Menurut dia, jumlah kematian merupakan data penting untuk menentukan bagaimana penyakit tersebut mampu merusak kesehatan dan menghilangkan nyawa warga.
"Periode sekarang ini, kami harus memprioritaskan pencegahan kasus parah dan kasus kematian. Hal ini juga untuk menyesuaikan target pencegahan yang mengutamakan pada pencegahan kematian," ujarnya.
Dalam beberapa hari terakhir, China digambarkan sedang kewalahan menghadapi kasus COVID-19 yang menimbulkan banyak kematian.
China dituduh mengabaikan maraknya kasus-kasus kematian, terutama sejak NHC memutuskan tidak lagi mempublikasikan data kasus harian COVID-19, termasuk angka kematian, pada Minggu (25/12) lalu.
Jiao Yahui, pejabat NHC lain, menyebutkan dua standar internasional dalam menentukan kasus kematian akibat COVID-19.
Pertama, orang yang terinfeksi virus corona dengan hasil tes PCR positif dan meninggal karena kegagalan sistem pernapasan akibat COVID-19.
Kedua, orang yang meninggal dalam jangka 28 hari setelah terinfeksi virus corona.
China mengadopsi standar pertama sejak 2020, kata Jiao.
Dalam mengumumkan kasus kematian akhir-akhir ini, China membaginya dalam dua kategori: kematian pasien COVID-19 yang murni disebabkan oleh COVID-19 dan kematian pasien COVID-19 akibat penyakit bawaannya.
China secara konsisten memegang standar ilmiah dalam mengidentifikasi kasus kematian akibat virus corona dan standar tersebut berlaku secara internasional, tegas Jiao.
Rumah-rumah sakit pun telah diinstruksikan untuk menyelamatkan nyawa pasien tanpa memandang penyebab keparahan penyakitnya.
"Semua kematian yang disebabkan oleh virus corona akan dilaporkan sesuai dengan aturan yang berlaku," kata Jiao seperti dikutip media lokal.
Baca juga: Pejabat kesehatan sebut rilis informasi COVID-19 di China transparan
Baca juga: China: Pembatasan perjalanan terkait COVID harus berdasarkan sains
Baca juga: Inggris pertimbangkan pembatasan COVID-19 bagi pendatang dari China
Dalam perspektif kesehatan masyarakat, sangat sulit menentukan penyebab kematian secara akurat pada tahap awal penularan, kata Liang Wannian, Ketua Dewan Pakar Tanggap COVID-19 Komisi Kesehatan Nasional China (NHC), kepada pers, Kamis (29/12).
Menurut dia, jumlah kematian merupakan data penting untuk menentukan bagaimana penyakit tersebut mampu merusak kesehatan dan menghilangkan nyawa warga.
"Periode sekarang ini, kami harus memprioritaskan pencegahan kasus parah dan kasus kematian. Hal ini juga untuk menyesuaikan target pencegahan yang mengutamakan pada pencegahan kematian," ujarnya.
Dalam beberapa hari terakhir, China digambarkan sedang kewalahan menghadapi kasus COVID-19 yang menimbulkan banyak kematian.
China dituduh mengabaikan maraknya kasus-kasus kematian, terutama sejak NHC memutuskan tidak lagi mempublikasikan data kasus harian COVID-19, termasuk angka kematian, pada Minggu (25/12) lalu.
Jiao Yahui, pejabat NHC lain, menyebutkan dua standar internasional dalam menentukan kasus kematian akibat COVID-19.
Pertama, orang yang terinfeksi virus corona dengan hasil tes PCR positif dan meninggal karena kegagalan sistem pernapasan akibat COVID-19.
Kedua, orang yang meninggal dalam jangka 28 hari setelah terinfeksi virus corona.
China mengadopsi standar pertama sejak 2020, kata Jiao.
Dalam mengumumkan kasus kematian akhir-akhir ini, China membaginya dalam dua kategori: kematian pasien COVID-19 yang murni disebabkan oleh COVID-19 dan kematian pasien COVID-19 akibat penyakit bawaannya.
China secara konsisten memegang standar ilmiah dalam mengidentifikasi kasus kematian akibat virus corona dan standar tersebut berlaku secara internasional, tegas Jiao.
Rumah-rumah sakit pun telah diinstruksikan untuk menyelamatkan nyawa pasien tanpa memandang penyebab keparahan penyakitnya.
"Semua kematian yang disebabkan oleh virus corona akan dilaporkan sesuai dengan aturan yang berlaku," kata Jiao seperti dikutip media lokal.
Baca juga: Pejabat kesehatan sebut rilis informasi COVID-19 di China transparan
Baca juga: China: Pembatasan perjalanan terkait COVID harus berdasarkan sains
Baca juga: Inggris pertimbangkan pembatasan COVID-19 bagi pendatang dari China
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022
Tags: