London (ANTARA) - Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui rencana penjualan sistem ranjau anti tank ke Taiwan dengan nilai sekitar 180 juta dolar AS (sekitar Rp2,8 triliun), kata Pentagon, Rabu.

Northrop Grumman dan Oshkosh Corporation ditetapkan sebagai kontraktor utama rencana penjualan itu.

Undang-undang AS mengharuskan lembaga eksekutif untuk memberi tahu Kongres soal rencana penjualan senjata yang melebihi kuantitas tertentu.

Pemberitahuan biasanya tidak dilakukan kecuali parlemen telah memberi persetujuan informal bagi Deplu dan Pentagon (Departemen Pertahanan AS) untuk melanjutkan rencananya.

Rencana penjualan itu muncul di tengah tekanan militer, diplomatik dan ekonomi yang dilakukan China terhadap Taiwan.

Tekanan-tekanan terhadap Taiwan itu di antaranya termasuk misi Angkatan Udara China yang berlangsung nyaris setiap hari dalam tiga tahun terakhir di dekat pulau yang diklaim oleh China sebagai bagian dari wilayahnya itu.

Kementerian Pertahanan Taiwan dalam pernyataannya mengatakan penjualan tersebut akan berlaku dalam satu bulan.

Kementerian itu juga mengatakan bahwa sistem anti tank itu akan membantu Taiwan meningkatkan kapasitas "perang asimetris" agar militernya lebih lincah.

"Aktivitas militer Partai Komunis China di dekat Taiwan telah menimbulkan ancaman bagi kami," kata Kemhan Taiwan.

Kementerian itu menambahkan bahwa penjualan peralatan militer AS yang berkesinambungan merupakan "landasan bagi upaya menjaga stabilitas dan perdamaian kawasan".

Amerika Serikat merupakan pendukung terkuat Taiwan di dunia internasional dan sumber utama persenjataan mereka. Kondisi itu telah membuat marah China dan Beijing bertekad untuk merebut Taiwan dengan kekuatan jika diperlukan.

Taiwan menolak keras klaim kedaulatan China atas wilayah mereka dan mengatakan akan membela diri jika diserang.

Sumber: Reuters
Baca juga: AS pasok suku cadang pesawat militer senilai 428 juta dolar ke Taiwan
Baca juga: Taiwan sebut 43 pesawat AU China lintasi garis median Selat Taiwan
Baca juga: Taiwan berjanji perkuat kerja sama keamanan dengan Jepang