Jakarta (ANTARA) - Sebuah proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 120.000 kilowatt baru-baru ini terhubung ke jaringan listrik dan mulai menghasilkan listrik di Daerah Otonom Tibet, menurut China Huadian Corporation Ltd., produsen listrik utama milik negara tersebut.

Terletak di Distrik Seni di Kota Nagqu, yang memiliki ketinggian rata-rata 4.500 meter di atas permukaan laut, PLTS tersebut merupakan proyek pembangkit listrik fotovoltaik terbesar yang bertujuan untuk memastikan pasokan listrik bagi penduduk Tibet.

Dengan investasi sebesar 890 juta yuan (1 yuan = Rp2.247), proyek tersebut dapat menghasilkan 247 juta kilowatt-jam (kWh) listrik setiap tahunnya. Pembangkit listrik itu dapat menghemat 76.300 ton batu bara standar dan mengurangi 219.600 ton emisi karbon dioksida setiap tahun, lanjut perusahaan tersebut.

PLTS ini akan menyediakan listrik yang stabil bagi penduduk lokal serta mendorong pembangunan ekonomi dan sosial setempat, tambah perusahaan itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, Tibet menggenjot pengembangan sumber energi barunya, seperti tenaga fotovoltaik.

Pada Juni 2022, daerah otonom tersebut mengeluarkan sebuah rencana untuk memastikan pasokan listrik selama musim dingin ini dan musim semi mendatang, serta periode Rencana Lima Tahunan ke-14 (2021-2025). Proyek-proyek PLTS baru lainnya akan mulai menghasilkan listrik secara berturut-turut.