BPBD DKI: Modifikasi dilakukan jika cuaca semakin ekstrem
28 Desember 2022 17:35 WIB
Sejumlah kapal nelayan bersandar setelah BMKG memberi peringatan dini potensi cuaca extrem di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Rabu (28/12/2022). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/foc/aa.
Jakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyatakan, modifikasi cuaca dengan cara menyemai garam di udara dilaksanakan jika cuaca semakin ekstrem.
“Kalau berdasarkan analisis, cuaca aman saja, penyemaian garam tidak bermanfaat,” kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Isnawa Adji di gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan, penyemaian garam di udara juga dilaksanakan secara fleksibel, yakni Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI tinggal mengirimkan surat dari Penjabat Gubernur DKI terkait status siaga bencana.
Ia menjelaskan, BMKG akan mengeluarkan rilis cuaca di Jakarta, yakni apabila hujan di atas rata-rata maka akan berkoordinasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk dilakukan persemaian garam.
“Surat itu akan kami kirim ke BNPB yang nantinya dipersiapkannya untuk persemaian garam di udara Jakarta,” katanya.
Saat ini, tindakan persemaian garam atau modifikasi cuaca sedang dilakukan di atas udara Jawa Barat dan dapat sewaktu-waktu dilaksanakan di udara Jakarta jika cuaca Ibu Kota cenderung ekstrem.
Baca juga: BPBD koordinasi modifikasi cuaca antisipasi bencana hidrometeorologi
Baca juga: Pemerintah siapkan penyemaian garam cegah cuaca ekstrem di Jakarta
Terkait perbedaan kajian antara BRIN dan BMKG terkait kondisi cuaca di Jakarta pada 28 Desember ini, kata dia, hal itu tergantung dinamika cuaca yang berlangsung cepat.
“Tidak ada yang salah karena masing-masing memiliki pendekatan teori klimatologi sedikit berbeda atau kondisi cuaca itu mengalami dinamika yang cepat,” katanya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI menyebutkan, berdasarkan data BMKG, potensi curah hujan dengan intensitas lebat dan sangat lebat dapat terjadi disertai kilat dan angin kencang di Ibu Kota 27 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023.
Sementara itu, BMKG menyebutkan DKI Jakarta termasuk daerah yang masuk potensi cuaca ekstrem pada 28-30 Desember 2022 dengan status siaga.
Cuaca ekstrem tersebut berpeluang menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi berupa banjir, genangan dan tanah longsor.
“Kalau berdasarkan analisis, cuaca aman saja, penyemaian garam tidak bermanfaat,” kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Isnawa Adji di gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan, penyemaian garam di udara juga dilaksanakan secara fleksibel, yakni Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI tinggal mengirimkan surat dari Penjabat Gubernur DKI terkait status siaga bencana.
Ia menjelaskan, BMKG akan mengeluarkan rilis cuaca di Jakarta, yakni apabila hujan di atas rata-rata maka akan berkoordinasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk dilakukan persemaian garam.
“Surat itu akan kami kirim ke BNPB yang nantinya dipersiapkannya untuk persemaian garam di udara Jakarta,” katanya.
Saat ini, tindakan persemaian garam atau modifikasi cuaca sedang dilakukan di atas udara Jawa Barat dan dapat sewaktu-waktu dilaksanakan di udara Jakarta jika cuaca Ibu Kota cenderung ekstrem.
Baca juga: BPBD koordinasi modifikasi cuaca antisipasi bencana hidrometeorologi
Baca juga: Pemerintah siapkan penyemaian garam cegah cuaca ekstrem di Jakarta
Terkait perbedaan kajian antara BRIN dan BMKG terkait kondisi cuaca di Jakarta pada 28 Desember ini, kata dia, hal itu tergantung dinamika cuaca yang berlangsung cepat.
“Tidak ada yang salah karena masing-masing memiliki pendekatan teori klimatologi sedikit berbeda atau kondisi cuaca itu mengalami dinamika yang cepat,” katanya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI menyebutkan, berdasarkan data BMKG, potensi curah hujan dengan intensitas lebat dan sangat lebat dapat terjadi disertai kilat dan angin kencang di Ibu Kota 27 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023.
Sementara itu, BMKG menyebutkan DKI Jakarta termasuk daerah yang masuk potensi cuaca ekstrem pada 28-30 Desember 2022 dengan status siaga.
Cuaca ekstrem tersebut berpeluang menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi berupa banjir, genangan dan tanah longsor.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022
Tags: