Perusahaan pertambangan dukung pengembangan pertanian organik
27 Desember 2022 20:41 WIB
Petani binaan PT Vale Indonesia memanen padi yang ditanam dengan metode System Rice Intenfisication (SRI) Organik di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. (Antara/HO/PTVI)
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan pertambangan nikel PT Vale Indonesia mendukung upaya pengembangan pertanian padi organik yang dilakukan masyarakat sekitar untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
CEO PT Vale Indonesia Febriany Eddy menyatakan, pada 2021 pihaknya menyalurkan bantuan sebesar Rp40 miliar untuk pengembangan masyarakat dan peningkatan fasilitasi sosial yang salah salah satu program utamanya adalah pertanian organik di sekitar area pertambangan.
"Sejak 2015, kami menjadikan pertanian organik sebagai salah satu program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang terfokus untuk mendukung pengembangan masyarakat lokal," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Pada 2021, lanjutnya, terdapat 43.205 penerima bantuan langsung dan kurang lebih 172.820 penerima bantuan tidak langsung dari seluruh program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di seluruh wilayah operasional perusahaan.
Salah satu program PPM yang menjadi fokus adalah penerapan konsep System of Rice Intensification (SRI) Organik di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Dikatakannya, metode SRI Organik telah berhasil mengurangi ketergantungan petani terhadap produk kimia, seperti pupuk dan pestisida.
Kebutuhan akan pupuk dan pestisida kimia yang relatif mahal, tambahnya, membuat petani seringkali menunggu bantuan dari pemerintah atau pihak lainnya.
Selain itu, praktik-praktik ini sangat tidak berkelanjutan karena pestisida terbukti berbahaya bagi lingkungan dan dapat mencemari tanah, air, rumput, dan tumbuh-tumbuhan lainnya.
"Faktor-faktor tersebut menjadi salah satu alasan mengapa kami menggalakkan program SRI Organik untuk tanaman padi," katanya.
Petani telah merasakan dampak positif dari inisiatif pertanian organik PTVI. Setelah mengikuti pelatihan SRI Organik, petani dapat membuat kompos dan pestisida dari bahan alami yang jauh lebih hemat dan tentunya ramah lingkungan.
Petani dari Desa Puubunga, Kecamatan Baula, Luwu Timur Onang Sumarna, mengatakan para petani telah merasakan dampak positif kehadiran program SRI Organik.
Program pertanian organik, lanjutnya, lebih hemat secara biaya dan lahan dibandingkan dengan metode konvensional. Metode SRI Organik hanya membutuhkan 3-5 kg benih untuk menghasilkan 1,2 ton beras di lahan seluas 0,3 hektar.
"Apabila dibandingkan dengan metode konvensional, dibutuhkan sekitar 7-10 kg benih untuk hasil dan penggunaan lahan yang sama," katanya.
Baca juga: Menggeser paradigma pupuk di saat krisis
Baca juga: Mentan ajari petani Kolaka Timur buat pupuk organik Biosaka
CEO PT Vale Indonesia Febriany Eddy menyatakan, pada 2021 pihaknya menyalurkan bantuan sebesar Rp40 miliar untuk pengembangan masyarakat dan peningkatan fasilitasi sosial yang salah salah satu program utamanya adalah pertanian organik di sekitar area pertambangan.
"Sejak 2015, kami menjadikan pertanian organik sebagai salah satu program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang terfokus untuk mendukung pengembangan masyarakat lokal," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Pada 2021, lanjutnya, terdapat 43.205 penerima bantuan langsung dan kurang lebih 172.820 penerima bantuan tidak langsung dari seluruh program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di seluruh wilayah operasional perusahaan.
Salah satu program PPM yang menjadi fokus adalah penerapan konsep System of Rice Intensification (SRI) Organik di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Dikatakannya, metode SRI Organik telah berhasil mengurangi ketergantungan petani terhadap produk kimia, seperti pupuk dan pestisida.
Kebutuhan akan pupuk dan pestisida kimia yang relatif mahal, tambahnya, membuat petani seringkali menunggu bantuan dari pemerintah atau pihak lainnya.
Selain itu, praktik-praktik ini sangat tidak berkelanjutan karena pestisida terbukti berbahaya bagi lingkungan dan dapat mencemari tanah, air, rumput, dan tumbuh-tumbuhan lainnya.
"Faktor-faktor tersebut menjadi salah satu alasan mengapa kami menggalakkan program SRI Organik untuk tanaman padi," katanya.
Petani telah merasakan dampak positif dari inisiatif pertanian organik PTVI. Setelah mengikuti pelatihan SRI Organik, petani dapat membuat kompos dan pestisida dari bahan alami yang jauh lebih hemat dan tentunya ramah lingkungan.
Petani dari Desa Puubunga, Kecamatan Baula, Luwu Timur Onang Sumarna, mengatakan para petani telah merasakan dampak positif kehadiran program SRI Organik.
Program pertanian organik, lanjutnya, lebih hemat secara biaya dan lahan dibandingkan dengan metode konvensional. Metode SRI Organik hanya membutuhkan 3-5 kg benih untuk menghasilkan 1,2 ton beras di lahan seluas 0,3 hektar.
"Apabila dibandingkan dengan metode konvensional, dibutuhkan sekitar 7-10 kg benih untuk hasil dan penggunaan lahan yang sama," katanya.
Baca juga: Menggeser paradigma pupuk di saat krisis
Baca juga: Mentan ajari petani Kolaka Timur buat pupuk organik Biosaka
Pewarta: Subagyo
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: