"Kalau untuk Bali saya tidak ada keraguan karena sudah melewati momen yang berat yakni G20. Untuk Bali, kami sudah sukses, sekarang tinggal dengan beberapa penyesuaian dari sisi perhatian kepada lokasi-lokasi yang pasti berbeda," katanyasaat meninjau ketersediaan listrik di Kantor UP2B Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, Selasa.
Dia mengapresiasi PLN karena telah bersiaga selama momen Natal 2022 sehingga rangkaian perayaan Natal terselenggara dengan baik.
Dadan memberikan catatan penting bagi ketersediaan listrik menghadapi beban puncak Tahun Baru terutama di tempat-tempat yang menjadi lokasi acara yang membutuhkan pasokan listrik tinggi. PLN, menurutnya, sedini mungkin memitigasi adanya potensi gangguan seperti bagaimana menghadapi cuaca ekstrem yang akhir-akhir ini terjadi di beberapa titik di Bali.
"Saya titip pesan cuaca ekstrem, bencana alam, gangguan-gangguan yang sifatnya sangat lokal di masyarakat ditangani dengan sistem dan mekanisme yang baik," kata dia.
Baca juga: Tinjau PLTU Suralaya, Kementerian ESDM pastikan listrik aman
Dadan menjelaskan pasokan listrik sama pentingnya dengan ketersediaan bahan bakar minyak. Dengan menyediakan pasokan listrik yang handal, otomatis membuat roda perekonomian tetap berjalan.
Berdasarkan data, kata dia, jumlah penggunaan listrik PLN untuk Natal kali ini turun 1,9 persen dibanding tahun sebelumnya. Per hari Selasa (27/12) konsumsi listrik di Bali mencapai 777 MegaWatt (MW) atau turun dari biasanya 900 MW- 916 MW.
Namun Dadan memprediksi pasokan dan kebutuhan listrik untuk Bali menjelang pergantian tahun akan meningkat seiring kunjungan wisatawan ke Bali yang naik akhir-akhir ini.
"Secara kapasitas juga sudah cukup, sama seperti PLN sukses menyediakan listrik untuk G20. Jadi proses yang sekarang itu sepertinya sudah melanjutkan latihan yang dilakukan pada saat itu dengan kapasitas yang cukup. Kalau kurang ini juga, sudah tersambung dengan sistem di Jawa," kata Dadan yang didampingi Direktur Distribusi PLN Adi Priyatno.
Menariknya, kata Dadan, untuk Bali berbeda dengan apa yang terjadi di tempat lain, dimana beban puncak dengan beban minimumnya itu tidak terlalu jauh meskipun pada saat tertentu ada fenomena turun naik penggunaan listrik.
Baca juga: Kementerian ESDM libatkan "stakeholder" tingkatkan konsumsi listrik