Survei Voxpol: Mayoritas publik tak setuju presiden harus suku Jawa
23 Desember 2022 23:49 WIB
Voxpol Center Research & Consulting saat acara Rilis Survei Evaluasi Kinerja Pemerintah dari Perspektif Demokrasi, Hukum, Ekonomi dan Isu Sosial Politik di Jakarta, Jumat (23/12/2022). ANTARA/Melalusa Susthira K
Jakarta (ANTARA) - Survei terbaru dari Voxpol Center Research & Consulting menunjukkan mayoritas publik yakni sebanyak 53,5 persen tidak setuju jika presiden harus berasal dari suku Jawa.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan sebanyak 38,3 persen responden lainnya setuju jika presiden harus berasal dari suku Jawa. Adapun 8,2 persen responden sisanya menjawab tidak tahu/tidak jawab.
"Masih besar memang 38 persen menginginkan orang Jawa menjadi presiden," kata Pangi saat acara rilis survei di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Survei Voxpol: Mayoritas publik ingin program pemerintah dilanjutkan
Baca juga: Voxpol: Mayoritas publik ingin dua paslon capres pada Pilpres 2024
Anggota Komisi VII DPR RI Adian Napitupulu yang hadir sebagai pembicara mengamini temuan hasil survei tersebut. Menurutnya, hasil survei tersebut menunjukkan kualitas demokrasi di tengah masyarakat yang semakin membaik.
"Berikutnya orang tidak akan bertanya suku mu dari mana etnis mu dari mana, ketika kau mau memperjuangkan masyarakat kau berpotensi untuk menang dari tempat itu walaupun kau bukan tidak berasal dari etnis tempat itu," tuturnya.
Ia menilai masyarakat harus berani membuka peluang sebesar-besarnya bagi kemungkinan presiden yang tidak hanya berasal dari suku Jawa sebagai pendewasaan bangsa Indonesia.
"Kalau menurut saya kalau kita konsisten dengan republik Indonesia itu terjadi," ucapnya.
Baca juga: Pengamat: Majunya Prabowo sebagai capres ganjal Anies, muluskan Ganjar
Survei Voxpol Center Research & Consulting yang dilakukan pada 22 Oktober-7 November dilakukan terhadap 1.220 responden menggunakan multistage random sampling. Survei ini memiliki toleransi atau batas kesalahan (margin of error) sekitar 2,81 persen.
Usia responden yang dijadikan sampel adalah 17 tahun ke atas atau sudah menikah. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka secara langsung dengan responden menggunakan kuesioner.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan sebanyak 38,3 persen responden lainnya setuju jika presiden harus berasal dari suku Jawa. Adapun 8,2 persen responden sisanya menjawab tidak tahu/tidak jawab.
"Masih besar memang 38 persen menginginkan orang Jawa menjadi presiden," kata Pangi saat acara rilis survei di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Survei Voxpol: Mayoritas publik ingin program pemerintah dilanjutkan
Baca juga: Voxpol: Mayoritas publik ingin dua paslon capres pada Pilpres 2024
Anggota Komisi VII DPR RI Adian Napitupulu yang hadir sebagai pembicara mengamini temuan hasil survei tersebut. Menurutnya, hasil survei tersebut menunjukkan kualitas demokrasi di tengah masyarakat yang semakin membaik.
"Berikutnya orang tidak akan bertanya suku mu dari mana etnis mu dari mana, ketika kau mau memperjuangkan masyarakat kau berpotensi untuk menang dari tempat itu walaupun kau bukan tidak berasal dari etnis tempat itu," tuturnya.
Ia menilai masyarakat harus berani membuka peluang sebesar-besarnya bagi kemungkinan presiden yang tidak hanya berasal dari suku Jawa sebagai pendewasaan bangsa Indonesia.
"Kalau menurut saya kalau kita konsisten dengan republik Indonesia itu terjadi," ucapnya.
Baca juga: Pengamat: Majunya Prabowo sebagai capres ganjal Anies, muluskan Ganjar
Survei Voxpol Center Research & Consulting yang dilakukan pada 22 Oktober-7 November dilakukan terhadap 1.220 responden menggunakan multistage random sampling. Survei ini memiliki toleransi atau batas kesalahan (margin of error) sekitar 2,81 persen.
Usia responden yang dijadikan sampel adalah 17 tahun ke atas atau sudah menikah. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka secara langsung dengan responden menggunakan kuesioner.
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022
Tags: