BRIN prediksi ekonomi Indonesia tumbuh 4,9-5,2 persen pada 2023
22 Desember 2022 16:46 WIB
Ilustrasi - Kendaraan melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (22/11/2022). Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 4,37 persen pada 2023. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Zamroni Salim memproyeksikan ekonomi Indonesia pada 2023 bisa tumbuh dengan baik pada kisaran 4,9 persen-5,2 persen.
"Dalam menghadapi perekonomian global 2023 yang belum menentu, BRIN memprediksi perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh dengan baik," kata Zamroni dalam Simposium Praktisi dan Periset Ekonomi yang diadakan BRIN dan Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) di Jakarta, Kamis.
Zamroni menuturkan proyeksi angka pertumbuhan ekonomi pada 2023 tersebut juga didasarkan pada keyakinan bahwa kinerja perekonomian mulai membaik pada triwulan IV-2022 di angka 5,4 persen.
Untuk memanfaatkan membaiknya momentum tersebut, maka pemerintah, Bank Indonesia, dunia swasta dan masyarakat perlu mengantisipasi masalah inflasi khususnya pangan dan energi, nilai tukar, serta aktifnya sektor perdagangan yang didukung oleh investasi dan produksi sektor industri pertanian dan manufaktur.
"Kita juga perlu mengoptimalkan relokasi sebagian dana subsidi energi. Ini dilakukan untuk lebih mampu meredam kemungkinan terburuk dari resesi yang mengancam di 2023 khususnya bagi masyarakat di bawah garis kemiskinan," ujarnya.
Baca juga: Apindo proyeksi ekonomi tumbuh 5,3 persen pada 2023
Dengan langkah yang konstruktif dan antisipatif itu, Zamroni optimistis akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dilakukan, terutama setelah makin longgarnya kegiatan usai membaiknya penanganan pandemi.
"Dengan demikian, dari sisi ekonomi diharapkan bangsa Indonesia bisa menatap tahun depan dengan lebih percaya diri," tuturnya.
Sementara itu, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang mampu memiliki daya tahan dalam menghadapi krisis global.
Dalam tiga tahun terakhir, lanjut dia, dunia diguncang oleh sejumlah krisis akibat pandemi COVID-19 pada 2020 dan meningkatnya ketegangan geopolitik di level global antara Rusia-Ukraina pada 2022.
Ia menambahkan, ketahanan ekonomi Indonesia dapat diukur dari tingkat pertumbuhan ekonomi. Pada 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia menyentuh minus 2,07 persen, kemudian mulai pulih pada 2021 sebesar 3,69 persen, dan pada triwulan III-2022 tumbuh sebesar 5,7 persen.
Namun, menurut Handoko, untuk menjadi negara maju, Indonesia tidak cukup hanya memiliki daya tahan tersebut karena Indonesia harus mampu melakukan akselerasi ekonomi.
Salah satu caranya adalah dengan menciptakan sumber-sumber pertumbuhan baru dan melakukan debottlenecking atau menghilangkan sumbatan botol (hambatan) yang dihadapi di berbagai sektor ekonomi.
Baca juga: Bank Mandiri perkirakan pertumbuhan ekonomi capai 5 persen di 2023
Baca juga: Ekonom: APBN 2023 harus tunjukkan kemampuan belanja yang lebih baik
Baca juga: Menko Airlangga: Ekonomi kuat Indonesia modal hadapi resesi 2023
"Dalam menghadapi perekonomian global 2023 yang belum menentu, BRIN memprediksi perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh dengan baik," kata Zamroni dalam Simposium Praktisi dan Periset Ekonomi yang diadakan BRIN dan Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) di Jakarta, Kamis.
Zamroni menuturkan proyeksi angka pertumbuhan ekonomi pada 2023 tersebut juga didasarkan pada keyakinan bahwa kinerja perekonomian mulai membaik pada triwulan IV-2022 di angka 5,4 persen.
Untuk memanfaatkan membaiknya momentum tersebut, maka pemerintah, Bank Indonesia, dunia swasta dan masyarakat perlu mengantisipasi masalah inflasi khususnya pangan dan energi, nilai tukar, serta aktifnya sektor perdagangan yang didukung oleh investasi dan produksi sektor industri pertanian dan manufaktur.
"Kita juga perlu mengoptimalkan relokasi sebagian dana subsidi energi. Ini dilakukan untuk lebih mampu meredam kemungkinan terburuk dari resesi yang mengancam di 2023 khususnya bagi masyarakat di bawah garis kemiskinan," ujarnya.
Baca juga: Apindo proyeksi ekonomi tumbuh 5,3 persen pada 2023
Dengan langkah yang konstruktif dan antisipatif itu, Zamroni optimistis akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dilakukan, terutama setelah makin longgarnya kegiatan usai membaiknya penanganan pandemi.
"Dengan demikian, dari sisi ekonomi diharapkan bangsa Indonesia bisa menatap tahun depan dengan lebih percaya diri," tuturnya.
Sementara itu, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang mampu memiliki daya tahan dalam menghadapi krisis global.
Dalam tiga tahun terakhir, lanjut dia, dunia diguncang oleh sejumlah krisis akibat pandemi COVID-19 pada 2020 dan meningkatnya ketegangan geopolitik di level global antara Rusia-Ukraina pada 2022.
Ia menambahkan, ketahanan ekonomi Indonesia dapat diukur dari tingkat pertumbuhan ekonomi. Pada 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia menyentuh minus 2,07 persen, kemudian mulai pulih pada 2021 sebesar 3,69 persen, dan pada triwulan III-2022 tumbuh sebesar 5,7 persen.
Namun, menurut Handoko, untuk menjadi negara maju, Indonesia tidak cukup hanya memiliki daya tahan tersebut karena Indonesia harus mampu melakukan akselerasi ekonomi.
Salah satu caranya adalah dengan menciptakan sumber-sumber pertumbuhan baru dan melakukan debottlenecking atau menghilangkan sumbatan botol (hambatan) yang dihadapi di berbagai sektor ekonomi.
Baca juga: Bank Mandiri perkirakan pertumbuhan ekonomi capai 5 persen di 2023
Baca juga: Ekonom: APBN 2023 harus tunjukkan kemampuan belanja yang lebih baik
Baca juga: Menko Airlangga: Ekonomi kuat Indonesia modal hadapi resesi 2023
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022
Tags: