Laporan dari China
Pemangkasan masa karantina viral saat China kewalahan hadapi Omicron
22 Desember 2022 09:50 WIB
Tenaga kesehatan bekerja di sebuah klinik demam di Rumah Sakit Shengjing Universitas Kedokteran China di Shenyang, Provinsi Liaoning, China timur laut, Kamis (15 /12/2022). China melanjutkan pengoptimalan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian epidemi COVID-19 sambil mengalihkan fokus strategi responsnya dari meredam infeksi baru menjadi mencegah dan mengobati kasus parah. ANTARA FOTO/Xinhua/Yang Qing/wsj.
Beijing (ANTARA) - Informasi mengenai pemangkasan masa karantina bagi pelaku perjalanan internasional viral pada Rabu (21/12) saat berbagai kota di China sedang kewalahan menghadapi gelombang pandemi COVID-19 varian Omicron.
Hal itu bermula dari para pengguna penerbangan internasional yang baru mendarat di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan.
Mereka diminta meninggalkan hotel tempat karantina ketika baru dua hari singgah.
"Pada hari ketiga setelah dua kali tes PCR di bandara dan hotel hasilnya negatif, kami disuruh meninggalkan hotel," kata seorang bermarga Li yang baru pulang dari Qatar sebagaimana dikutip laman berita lokal.
Baca juga: China hadapi kemungkinan munculnya subvarian baru Omicron
"Kami karantina bersama 250 penumpang yang terbang dari Hong Kong. Sebelumnya diminta karantina lima hari tapi baru dua hari sudah disuruh pulang," kata Chris yang baru pulang dari Swedia melalui Hong Kong dan mendarat di Chengdu.
Otoritas Chengdu menyatakan bahwa kebijakan karantina terpusat selama lima hari ditambah karantina mandiri selama tiga hari (5+3) belum berubah.
Namun orang-orang yang diminta meninggalkan hotel setelah dua kali tes PCR negatif diharuskan menandatangani dokumen perjanjian.
Dokumen perjanjian tersebut berisi kesanggupan melakukan isolasi mandiri selama delapan hari di rumah, tidak keluar rumah selama isolasi mandiri, dan bertindak kooperatif kepada pihak-pihak terkait.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Mao Ning menyatakan bahwa pihaknya akan mempermudah proses pemberian visa bagi orang asing di berbagai negara, menambah frekuensi penerbangan internasional, dan mempermudah persyaratan pra-keberangkatan.
"Kami akan mengambil langkah lebih lanjut untuk memfasilitasi perjalanan lintas-batas dengan mempertimbangkan situasi yang berkembang," katanya dalam pengarahan pers di Beijing, Rabu.
China sedang bekerja keras menghadapi gelombang serangan COVID-19 yang dipicu oleh BF.7, subvarian baru Omicron.
Otoritas kesehatan China telah menambah jumlah unit perawatan intensif (ICU) dan klinik kesehatan agar bisa menampung lebih banyak pasien yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas.
Gelombang baru tersebut telah menyebabkan tujuh orang meninggal dunia, semuanya berada di Beijing.
Baca juga: Tujuh kasus kematian dalam sepekan akibat COVID-19 di China
Baca juga: China produksi 60 juta alat tes antigen COVID-19 per hari
Hal itu bermula dari para pengguna penerbangan internasional yang baru mendarat di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan.
Mereka diminta meninggalkan hotel tempat karantina ketika baru dua hari singgah.
"Pada hari ketiga setelah dua kali tes PCR di bandara dan hotel hasilnya negatif, kami disuruh meninggalkan hotel," kata seorang bermarga Li yang baru pulang dari Qatar sebagaimana dikutip laman berita lokal.
Baca juga: China hadapi kemungkinan munculnya subvarian baru Omicron
"Kami karantina bersama 250 penumpang yang terbang dari Hong Kong. Sebelumnya diminta karantina lima hari tapi baru dua hari sudah disuruh pulang," kata Chris yang baru pulang dari Swedia melalui Hong Kong dan mendarat di Chengdu.
Otoritas Chengdu menyatakan bahwa kebijakan karantina terpusat selama lima hari ditambah karantina mandiri selama tiga hari (5+3) belum berubah.
Namun orang-orang yang diminta meninggalkan hotel setelah dua kali tes PCR negatif diharuskan menandatangani dokumen perjanjian.
Dokumen perjanjian tersebut berisi kesanggupan melakukan isolasi mandiri selama delapan hari di rumah, tidak keluar rumah selama isolasi mandiri, dan bertindak kooperatif kepada pihak-pihak terkait.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Mao Ning menyatakan bahwa pihaknya akan mempermudah proses pemberian visa bagi orang asing di berbagai negara, menambah frekuensi penerbangan internasional, dan mempermudah persyaratan pra-keberangkatan.
"Kami akan mengambil langkah lebih lanjut untuk memfasilitasi perjalanan lintas-batas dengan mempertimbangkan situasi yang berkembang," katanya dalam pengarahan pers di Beijing, Rabu.
China sedang bekerja keras menghadapi gelombang serangan COVID-19 yang dipicu oleh BF.7, subvarian baru Omicron.
Otoritas kesehatan China telah menambah jumlah unit perawatan intensif (ICU) dan klinik kesehatan agar bisa menampung lebih banyak pasien yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas.
Gelombang baru tersebut telah menyebabkan tujuh orang meninggal dunia, semuanya berada di Beijing.
Baca juga: Tujuh kasus kematian dalam sepekan akibat COVID-19 di China
Baca juga: China produksi 60 juta alat tes antigen COVID-19 per hari
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: