Putin awasi peluncuran pipa pasokan ladang gas Siberia ke China
22 Desember 2022 06:43 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin mengambil bagian dalam upacara peluncuran produksi di ladang gas Kovykta, yang akan disalurkan ke pipa Power of Siberia yang membawa gas Rusia ke China, melalui tautan video dengan kepala Gazprom Alexei Miller di Moskow, Rusia, 21 Desember 2022. Sputnik/Mikhail Kuravlev/Kremlin via REUTERS
Moskow (ANTARA) - Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin peluncuran ladang gas Siberia baru yang besar pada Rabu (21/12/2022) untuk membantu mendorong lonjakan pasokan yang direncanakan ke China.
Ladang gas Kovykta akan disalurkan ke pipa Power of Siberia yang membawa gas Rusia ke China. Dengan cadangan yang dapat dipulihkan sebesar 1,8 triliun meter kubik, terbesar di Rusia timur.
Peluncuran tersebut merupakan bagian dari strategi Rusia untuk mengalihkan ekspor gas ke timur karena Uni Eropa menghentikan ketergantungan pada energi Rusia sebagai tanggapan atas perang di Ukraina.
Putin menyebutnya sebagai "peristiwa penting" bagi industri energi Rusia dan seluruh perekonomian. Dia bergabung dengan tautan video ke para pekerja di lokasi, yang ditampilkan berbaris di atas salju dengan pakaian pelindung biru dan helm putih, dan memberi perintah "Mulai bekerja!" untuk meresmikan proyek tersebut.
Rusia mulai menjual gas alam ke China pada akhir tahun 2019 melalui pipa Power of Siberia, yang memasok sekitar 10 miliar meter kubik (bcm) gas pada tahun 2021 dan akan mencapai kapasitas penuhnya sebesar 38 bcm pada tahun 2025. Rusia sekarang pemasok gas nomor tiga Beijing.
Pada Februari, Putin mencapai kesepakatan untuk menjual tambahan 10 bcm gas ke China dari Timur Jauh Rusia melalui pipa baru yang lebih kecil ke timur laut China.
Rusia juga berencana membangun jaringan pipa besar lainnya, Power of Siberia 2, melalui Mongolia dengan maksud untuk menjual tambahan 50 bcm gas per tahun.
Putin mengatakan pekan lalu, proyek tersebut akan memungkinkan Rusia untuk meningkatkan penjualan gasnya ke China menjadi 48 bcm per tahun pada tahun 2025 dan menjadi 88 bcm pada tahun 2030.
Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev melakukan kunjungan mendadak ke China pada Rabu (21/12/2022) untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Xi Jinping, yang menurut Medvedev termasuk diskusi tentang kemitraan strategis "tanpa batas" yang diumumkan kedua negara pada Februari.
Baca juga: Putin: Rusia akan lawan sanksi dengan ubah arus perdagangan, energi
Baca juga: China akan gantikan Uni Eropa sebagai importir utama gas Rusia
Baca juga: IEA peringatkan Uni Eropa dapat hadapi kekurangan gas tahun depan
Ladang gas Kovykta akan disalurkan ke pipa Power of Siberia yang membawa gas Rusia ke China. Dengan cadangan yang dapat dipulihkan sebesar 1,8 triliun meter kubik, terbesar di Rusia timur.
Peluncuran tersebut merupakan bagian dari strategi Rusia untuk mengalihkan ekspor gas ke timur karena Uni Eropa menghentikan ketergantungan pada energi Rusia sebagai tanggapan atas perang di Ukraina.
Putin menyebutnya sebagai "peristiwa penting" bagi industri energi Rusia dan seluruh perekonomian. Dia bergabung dengan tautan video ke para pekerja di lokasi, yang ditampilkan berbaris di atas salju dengan pakaian pelindung biru dan helm putih, dan memberi perintah "Mulai bekerja!" untuk meresmikan proyek tersebut.
Rusia mulai menjual gas alam ke China pada akhir tahun 2019 melalui pipa Power of Siberia, yang memasok sekitar 10 miliar meter kubik (bcm) gas pada tahun 2021 dan akan mencapai kapasitas penuhnya sebesar 38 bcm pada tahun 2025. Rusia sekarang pemasok gas nomor tiga Beijing.
Pada Februari, Putin mencapai kesepakatan untuk menjual tambahan 10 bcm gas ke China dari Timur Jauh Rusia melalui pipa baru yang lebih kecil ke timur laut China.
Rusia juga berencana membangun jaringan pipa besar lainnya, Power of Siberia 2, melalui Mongolia dengan maksud untuk menjual tambahan 50 bcm gas per tahun.
Putin mengatakan pekan lalu, proyek tersebut akan memungkinkan Rusia untuk meningkatkan penjualan gasnya ke China menjadi 48 bcm per tahun pada tahun 2025 dan menjadi 88 bcm pada tahun 2030.
Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev melakukan kunjungan mendadak ke China pada Rabu (21/12/2022) untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Xi Jinping, yang menurut Medvedev termasuk diskusi tentang kemitraan strategis "tanpa batas" yang diumumkan kedua negara pada Februari.
Baca juga: Putin: Rusia akan lawan sanksi dengan ubah arus perdagangan, energi
Baca juga: China akan gantikan Uni Eropa sebagai importir utama gas Rusia
Baca juga: IEA peringatkan Uni Eropa dapat hadapi kekurangan gas tahun depan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: