Sri Mulyani sebut Indonesia perlu diverisifikasi ekspor di 2023
21 Desember 2022 12:22 WIB
Tangkapan layar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam seminar Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Jakarta, Rabu (21/12/2022). (ANTARA/Sanya Dinda)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Indonesia perlu melakukan diverisifikasi negara tujuan ekspor pada 2023 di tengah pelemahan ekonomi global.
“Kita harus mampu melakukan diverisifikasi negara tujuan ekspor pada 2023,” katanya dalam seminar Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Jakarta, Rabu.
Negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia seperti Amerika Serikat dan China berpotensi mengalami pelemahan perekonomian yang berpotensi menurunkan permintaan terhadap ekspor pada 2023.
Karena itu ia memperkirakan ekspor nasional akan mengalami pelemahan pertumbuhan pada 2023 dibandingkan 2022 dimana ekspor bisa bertumbuh hingga 20 sampai 30 persen secara tahunan.
“Ekspor akan mengalami normalisasi karena baseline-nya sudah tinggi sehingga pada 2023 pertumbuhan ekspor tidak akan bertahan karena lingkungan global, tapi tidak berarti kita menyerah,” katanya.
Menurutnya negara seperti India perlu terus dibidik menjadi tujuan ekspor utama karena mulai membuka diri setelah melakukan reformasi kebijakan.
“Ekspor ke Timur Tengah juga bertumbuh. Karena harga minyak sebagai komoditas unggulan mereka sedang tinggi, mereka perlu diperhitungkan menjadi negara tujuan ekspor,” imbuhnya.
Menurutnya perekonomian global pada 2023 semakin sulit diprediksi karena kondisi geopolitik seperti perang Rusia dengan Ukraina yang menimbulkan ketidakpastian yang sulit dihitung.
Pelemahan ekonomi di Amerika Serikat karena kenaikan suku bunga acuan bank sentral The Fed juga belum bisa dipastikan akan terjadi sementara atau dalam jangka panjang.
“Sehingga 2023 menjadi persoalan dimana kita harus mewaspadai lingkungan global. Belum Eropa dan China sebagai ekonomi terbesar kedua masih dalam proses membuka diri karena peningkatan penyebaran pandemi,” imbuhnya.
Baca juga: Chatib Basri: Peningkatan ekspor harus disertai diversifikasi produk
Baca juga: Pengamat: Jaga kinerja ekspor dengan diversifikasi produk dan tujuan
“Kita harus mampu melakukan diverisifikasi negara tujuan ekspor pada 2023,” katanya dalam seminar Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Jakarta, Rabu.
Negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia seperti Amerika Serikat dan China berpotensi mengalami pelemahan perekonomian yang berpotensi menurunkan permintaan terhadap ekspor pada 2023.
Karena itu ia memperkirakan ekspor nasional akan mengalami pelemahan pertumbuhan pada 2023 dibandingkan 2022 dimana ekspor bisa bertumbuh hingga 20 sampai 30 persen secara tahunan.
“Ekspor akan mengalami normalisasi karena baseline-nya sudah tinggi sehingga pada 2023 pertumbuhan ekspor tidak akan bertahan karena lingkungan global, tapi tidak berarti kita menyerah,” katanya.
Menurutnya negara seperti India perlu terus dibidik menjadi tujuan ekspor utama karena mulai membuka diri setelah melakukan reformasi kebijakan.
“Ekspor ke Timur Tengah juga bertumbuh. Karena harga minyak sebagai komoditas unggulan mereka sedang tinggi, mereka perlu diperhitungkan menjadi negara tujuan ekspor,” imbuhnya.
Menurutnya perekonomian global pada 2023 semakin sulit diprediksi karena kondisi geopolitik seperti perang Rusia dengan Ukraina yang menimbulkan ketidakpastian yang sulit dihitung.
Pelemahan ekonomi di Amerika Serikat karena kenaikan suku bunga acuan bank sentral The Fed juga belum bisa dipastikan akan terjadi sementara atau dalam jangka panjang.
“Sehingga 2023 menjadi persoalan dimana kita harus mewaspadai lingkungan global. Belum Eropa dan China sebagai ekonomi terbesar kedua masih dalam proses membuka diri karena peningkatan penyebaran pandemi,” imbuhnya.
Baca juga: Chatib Basri: Peningkatan ekspor harus disertai diversifikasi produk
Baca juga: Pengamat: Jaga kinerja ekspor dengan diversifikasi produk dan tujuan
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: