Depok (ANTARA) - Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI) bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta Microsoft Indonesia mewadahi program yang diberi nama Digital Resilience and Cyber Security Academy.

Dekan FH UI, Dr. Edmon Makarim di Kampus UI Depok, Selasa, menyampaikan bahwa akademi ini merupakan wadah triple helix untuk saling berkolaborasi dalam hal pendidikan, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat.

Harapannya kolaborasi tersebut dapat meningkatkan kualitas ekosistem digital Indonesia, sehingga setiap penyelenggaraan sistem elektronik di Indonesia dapat beroperasi secara aman, andal, dan bertanggung jawab.

Pada awal Desember 2022, Digital Resilience and Cyber Security Academy menyelenggarakan kegiatan pertama, yaitu Training of Trainers Digital Resilience and Cyber Security for Government Officials. Sebanyak 30 orang aparatur negara rencananya akan dilatih untuk memiliki kompetensi sebagai Digital Resilience and Cyber Security Trainers.

Baca juga: Kemenkominfo gandeng FHUI berikan literasi digital sektor keuangan

Baca juga: FHUI-FKMUI berkolaborasi cegah stunting di Pandeglang Banten


Direktur Kebijakan Sumber Daya Manusia Keamanan Siber dan Sandi BSSN, Mohammad Ikro, M.Si., mengatakan selaras dengan capacity building pada Global Cybersecurity Index (GCI), maka bidang keamanan siber memerlukan SDM dengan kapabilitas yang sesuai dengan perkembangan teknologi maupun ancaman siber yang ada.

Peningkatan kapabilitas SDM merupakan suatu kebutuhan yang mutlak perlu menjadi perhatian nasional.

Pada tahun 2020, Indonesia berhasil menempati peringkat 24 pada GCI. Peringkat ini meningkat dari sebelumnya, di mana Indonesia berada di urutan 41 pada tahun 2018 lalu.

Indonesia pada tingkat regional, menempati peringkat 16 di Asia Pasifik dan peringkat 3 di ASEAN setelah Singapura dan Malaysia.

Director of Corporate Affairs Microsoft Indonesia, Ajar Edi, menyampaikan Microsoft menemukan ancaman dalam sehari lebih dari 24 triliun signal yang diterima. Dalam membantu ketahanan Indonesia dari ancaman siber tersebut, Microsoft berkontribusi dengan kompetensinya dalam mengidentifikasi hal tersebut.

"Di sisi lain cyber security menurut pengamatan kami, tentu menjadi yang kritis. Harapannya perbincangan tentang keamanan siber tidak hanya muncul ketika ada hal yang keluar menyedot atensi banyak pihak, tetapi ini sudah menjadi sebuah kebutuhan yang nyata," katanya.

Jadi harus ada keselarasan baik dalam menyiapkan regulasi, menyiapkan kompetensi atau kemampuan, dan terus menumbuhkan semangat bersama (untuk meningkatkan kualitas keamanan siber Indonesia).*

Baca juga: Buku karya dosen FHUI diterbitkan oleh penerbit internasional

Baca juga: Analis: Libatkan banyak pihak, investasi Telkomsel di GoTo strategis