Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan RI menyatakan sistem "buffer stock" yang diinginkan beberapa pengusaha rotan dalam mengatasi banyaknya bahan baku rotan perlu dikaji.

"Perlu kajian mendalam mengenai usulan buffer stock, apakah memang bermanfaat dan apa dampaknya baik bagi produsen serta pengguna dari rotan itu sendiri," kata Direktur Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Gusmardi Gustami di Jakarta, Rabu.

Menurut Gusmardi dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35 Tahun 2012 Tentang Larangan Ekspor Rotan Mentah dan Setengah Jadi tidak tercakup mengenai sistem buffer stock untuk bahan baku rotan.

Dia mengaku penutupan ekspor bahan mentah rotan ke luar negeri sudah memberikan sedikit manfaat kepada industri furniture rotan dalam negeri yang ditandai dengan naiknya nilai volume ekspor rotan.

Sejak Januari hingga Juni 2012, ekspor meubel rotan sudah senilai 97 juta dolar AS, meningkat sekitar 15 - 16 persen dibanding periode yang sama pada 2011.

Terkait penyerapan bahan baku yang masih sedikit di sisi hilir, Gusmardi mengatakan harus dilakukan penyelidikan terhadap banyaknya bahan mentah yang tidak terserap seperti yang dikabarkan sejumlah asosiasi pengusaha rotan.

Gusmardi menjelaskan kenyataan pada saat ini malah sebaliknya, karena bahan mentah yang semakin susah didapat sedangkan permintaan yang meninggi.

"Faktornya karena memang permintaan juga banyak dan yang lain tidak bisa menyediakan bahan mentah," jelas Gusmardi.

Untuk proyeksi semester II-2012, permintaan rotan di pasar akan semakin besar kendati pasar di Eropa dan Amerika Serikat menurun.

"Kendati demikian pembangunan rumah tetap ada disana (Eropa dan AS) sehingga membutuhkan produk rotan untuk furniturenya," kata Gusmardi.

Dengan Permendag nomor 35 Tahun 2012, diharapkan industri dapat memberi nilai tambah kepada produk jadi rotan sehingga dapat menyediakan meubel kepada pasar dan memiliki daya saing yang kuat.

(B019)