Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore, ditutup turun dipicu kekhawatiran resesi ekonomi global.

IHSG ditutup melemah 32,5 poin atau 0,48 persen ke posisi 6.779,7. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 4,33 poin atau 0,46 persen ke posisi 946,85.

"Indeks saham di Asia sore ini ditutup turun karena investor mempertimbangkan prospek resesi ekonomi global sebagai akibat dari perang melawan inflasi oleh bank sentral," tulis Tim Riset Phillip Sekuritas dalam ulasannya di Jakarta, Senin.

Pasar saham global berada di bawah tekanan jual sejak minggu lalu, setelah pejabat bank sentral di berbagai penjuru dunia memberi sinyal bahwa inflasi mulai stabil namun masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan bank sentral untuk menjinakkan inflasi.

Bank sentral AS The Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga acuan minggu lalu dan mulai muncul spekulasi bahwa bank sentral Jepang (BOJ) yang melakukan pertemuan kebijakan hari ini dan besok juga akan meninggalkan kebijakan moneter yang super longgar atau ultra dovish.

Pelemahan di berbagai rilis data ekonomi belakangan ini juga membuat investor bingung ke mana lagi mencari sentimen positif pada akhir 2022 ini.

Santa Rally, yang biasanya dimulai pada pertengahan bulan Desember, tahun ini tampaknya akan sulit terjadi di tengah kekhawatiran mengenai resesi global dan retorika tegas atau hawkish dari pejabat bank sentral.

Di Asia, Tiongkok menghadapi gelombang besar penularan virus COVID-19 pasca pelonggaran sejumlah pembatasan dalam kebijakan Zero COVID pada awal bulan ini sehingga investor khawatir aktivitas dunia usaha dan sistem kesehatan di Tiongkok akan mengalami pukulan hebat dalam jangka pendek.

Investor tampak mengabaikan pengumuman yang dibuat oleh Partai Komunis Tiongkok pada akhir pekan lalu bahwa Pemerintah Tiongkok akan membangkitkan ekonomi Tiongkok yang sedang lesu melalui stimulasi konsumsi dalam negeri dan pasar properti.

Dibuka melemah, IHSG mayoritas bergerak di zona merah hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih tak mampu beranjak dari teritori negatif sampai penutupan bursa saham.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sembilan sektor terkoreksi dimana sektor teknologi turun paling dalam yaitu minus 2,04 persen, diikuti sektor barang baku dan sektor keuangan masing-masing minus 1,64 persen dan 0,99 persen.

Sedangkan dua sektor meningkat yaitu sektor infrastruktur dan sektor barang konsumen non primer masing-masing sebesar 0,52 persen dan 0,2 persen.

Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu ERTX, TAYS, NICL, SDPC, dan NASI. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni KRYA, BRIS, WMPP, MINA, dan CHEM.

Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi jual saham oleh investor asing di seluruh pasar yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau "net foreign sell" di seluruh pasar sebesar Rp185,63 miliar. Sedangkan di pasar reguler tercatat aksi jual asing dengan jumlah jual bersih Rp490,51 miliar.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 919.155 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 18,03 miliar lembar saham senilai Rp10,6 triliun. Sebanyak 189 saham naik, 349 saham menurun, dan 170 tidak bergerak nilainya.

Bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei melemah 289,48 atau 1,05 persen ke 27.237,64, indeks Hang Seng turun 97,86 atau 0,5 persen ke 19.352,81, indeks Shanghai terkoreksi 60,74 poin atau 1,92 persen ke 3.107,12, dan indeks Straits Times menguat 15,8 poin atau 0,49 persen ke 3.256,61.


Baca juga: IHSG diproyeksikan variatif menanti pertemuan Bank Indonesia
Baca juga: IHSG akhir pekan ditutup menguat, dipimpin sektor barang baku
Baca juga: IHSG jelang akhir pekan melemah ikuti koreksi bursa global