Guru Besar UGM: Perubahan iklim tantangan ketahanan pangan
19 Desember 2022 14:39 WIB
Tangkapan layar Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Sri Raharjo dalam Puncak Peringatan Dies Natalis UGM yang dipantau di Jakarta, Senin (19/12/2022). (ANTARA/Sanya Dinda)
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sri Raharjo mengatakan bahwa perubahan iklim menjadi salah satu tantangan ketahanan pangan ke depan yang perlu menjadi pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pangan.
“Pola kondisi iklim semakin sulit untuk diperkirakan dan semakin ekstrem. Serangan hama dan penyakit juga menjadi semakin ganas,” katanya dalam Puncak Peringatan Dies Natalis UGM yang dipantau di Jakarta, Senin.
Peningkatan proporsi penduduk usia lanjut, konsumen pangan yang semakin peduli terhadap pengaruh pangan bagi kesehatan, dan tuntutan pemenuhan kebutuhan pangan spesifik bagi setiap individu juga menjadi tantangan.
“Tantangan selanjutnya adalah peningkatan penghasilan penduduk yang membutuhkan penyediaan pangan dan layanan penyajian makanan yang semakin beragam menyesuaikan gaya hidup,” katanya.
Baca juga: Menteri Pertanian ajak generasi muda berantas korupsi & jaga pangan
Pemasaran dan distribusi pangan juga akan semakin luas hingga menembus batas antarnegara. Perluasan distribusi pangan berpotensi meningkatkan pangsa pasar produk lokal, tapi di sisi lain hal ini menimbulkan kompetisi yang semakin ketat dengan produk dari negara lain.
“Yang menjadi tantangan sekarang dan ke depan adalah bagaimana menghasilkan pangan yang cukup dan beragam terutama untuk memenuhi kebutuhan Indonesia yang jumlah penduduknya besar dan terus meningkat,” katanya.
Indonesia diperkirakan perlu menumbuhkan 60 sampai 70 persen lebih banyak bahan pangan daripada jumlah yang telah ditumbuhkan hari ini, baik dengan luas lahan yang sama maupun dengan lahan yang semakin berkurang.
“Daya dukung sumber daya alam yang tersisa cenderung makin berkurang. Selain itu, kondisi saat ini penggunaan sumber daya air sudah terlalu besar, pencemaran air makin meluas, dan emisi gas rumah kaca harus dikurangi,” ucapnya.
Baca juga: BRIN: Kembangkan pangan fungsional perkuat ketahanan pangan
Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan pangan ke depan, lahan kosong perlu dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan pangan, produktivitas hasil pertanian perlu ditingkatkan, dan penggunaan sumber daya alam juga perlu dibuat lebih efisien.
Pola konsumsi makanan ke arah yang lebih menyehatkan perlu ditingkatkan, sementara kegagalan hasil pertanian dan jumlah makanan yang berakhir jadi lembah perlu dikurangi.
“Penerapan kebijakan alternatif tersebut diperkirakan dapat meningkatkan ketersediaan pangan bahkan capai 100 persen dengan tetap meminimalisir dampak terhadap lingkungan,” ucapnya.
“Pola kondisi iklim semakin sulit untuk diperkirakan dan semakin ekstrem. Serangan hama dan penyakit juga menjadi semakin ganas,” katanya dalam Puncak Peringatan Dies Natalis UGM yang dipantau di Jakarta, Senin.
Peningkatan proporsi penduduk usia lanjut, konsumen pangan yang semakin peduli terhadap pengaruh pangan bagi kesehatan, dan tuntutan pemenuhan kebutuhan pangan spesifik bagi setiap individu juga menjadi tantangan.
“Tantangan selanjutnya adalah peningkatan penghasilan penduduk yang membutuhkan penyediaan pangan dan layanan penyajian makanan yang semakin beragam menyesuaikan gaya hidup,” katanya.
Baca juga: Menteri Pertanian ajak generasi muda berantas korupsi & jaga pangan
Pemasaran dan distribusi pangan juga akan semakin luas hingga menembus batas antarnegara. Perluasan distribusi pangan berpotensi meningkatkan pangsa pasar produk lokal, tapi di sisi lain hal ini menimbulkan kompetisi yang semakin ketat dengan produk dari negara lain.
“Yang menjadi tantangan sekarang dan ke depan adalah bagaimana menghasilkan pangan yang cukup dan beragam terutama untuk memenuhi kebutuhan Indonesia yang jumlah penduduknya besar dan terus meningkat,” katanya.
Indonesia diperkirakan perlu menumbuhkan 60 sampai 70 persen lebih banyak bahan pangan daripada jumlah yang telah ditumbuhkan hari ini, baik dengan luas lahan yang sama maupun dengan lahan yang semakin berkurang.
“Daya dukung sumber daya alam yang tersisa cenderung makin berkurang. Selain itu, kondisi saat ini penggunaan sumber daya air sudah terlalu besar, pencemaran air makin meluas, dan emisi gas rumah kaca harus dikurangi,” ucapnya.
Baca juga: BRIN: Kembangkan pangan fungsional perkuat ketahanan pangan
Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan pangan ke depan, lahan kosong perlu dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan pangan, produktivitas hasil pertanian perlu ditingkatkan, dan penggunaan sumber daya alam juga perlu dibuat lebih efisien.
Pola konsumsi makanan ke arah yang lebih menyehatkan perlu ditingkatkan, sementara kegagalan hasil pertanian dan jumlah makanan yang berakhir jadi lembah perlu dikurangi.
“Penerapan kebijakan alternatif tersebut diperkirakan dapat meningkatkan ketersediaan pangan bahkan capai 100 persen dengan tetap meminimalisir dampak terhadap lingkungan,” ucapnya.
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022
Tags: