"Kita dapat melihat biaya energi dan biaya input yang melonjak, inflasi tinggi, serta kepercayaan konsumen yang lemah diprediksi akan mengarah pada resesi global," kata Presiden ICAEW Julia Penny dalam "ICAEW Economic Insight Forum Q4 2022", seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin.
Perekonomian negara-negara maju, misalnya Singapura, Korea, Selandia Baru, Australia, dan Taiwan mengalami penurunan produksi manufaktur. Sementara perekonomian negara-negara berkembang, seperti China, Indonesia, dan Thailand menunjukkan situasi yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.
Baca juga: Bank Dunia prediksi ekonomi RI 2022 tumbuh 5,2 persen
Julia mengatakan kondisi tersebut sebagian disebabkan oleh penundaan pembukaan perbatasan wilayah yang berkontribusi pada peningkatan pesanan dalam negeri, yang mengarah ke peningkatan permintaan di atas rata-rata. Namun, kondisi tersebut kemungkinan tidak akan bertahan lama mengingat penerapan pembatasan yang dilonggarkan dan pembukaan kembali perbatasan wilayah.
Secara garis besar, penurunan produksi manufaktur di negara-negara maju pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan produksi Asia. Indonesia diperkirakan mengalami penurunan produk domestik bruto (PDB) pada 2023 sebesar 3,6 persen.Baca juga: Bank Dunia prediksi ekonomi RI 2022 tumbuh 5,2 persen
Julia mengatakan kondisi tersebut sebagian disebabkan oleh penundaan pembukaan perbatasan wilayah yang berkontribusi pada peningkatan pesanan dalam negeri, yang mengarah ke peningkatan permintaan di atas rata-rata. Namun, kondisi tersebut kemungkinan tidak akan bertahan lama mengingat penerapan pembatasan yang dilonggarkan dan pembukaan kembali perbatasan wilayah.
Walaupun kini pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,72 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2022, ke depan Indonesia diprediksi akan mengalami penurunan pada kinerja perekonomian nasional dengan situasi global dan ancaman resesi.
Baca juga: ADB turunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia
Kendati demikian, situasi ini akan perlahan membaik dengan proyeksi bertambahnya permintaan masyarakat Indonesia akan produksi manufaktur dalam negeri. Meningkatnya permintaan domestik Indonesia diperkirakan mampu memberikan kontribusi sebesar 6 persen terhadap pertumbuhan PDB Indonesia di tahun depan, sehingga dapat menjadi penghalau dalam menekan ancaman resesi yang akan datang.Baca juga: ADB turunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia
Di sisi lain, ia menyebutkan strategi plus one China yang melibatkan diversifikasi investasi bisnis dan ekosistem rantai pasok terbukti penting bagi pertumbuhan ekonomi ASEAN.
Jika diposisikan dengan baik dalam diversifikasi ekonomi, seperti di Malaysia, kini berada di posisi yang tepat untuk menerapkan sistem rantai pasok bernilai menengah hingga tinggi. Indonesia juga ingin mengejar ketinggalan secara agresif.
Selain itu, negara-negara seperti Vietnam tetap menjadi sumber terpenting dari manufaktur dan produksi padat karya. Dengan kondisi ini, ASEAN diproyeksikan masih akan dapat mengalami pertumbuhan yang menjanjikan pada tahun-tahun mendatang