Melbourne (ANTARA) - Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada Jumat, setelah jatuh sekitar 2,0 persen di sesi sebelumnya karena kenaikan suku bunga bank-bank sentral, dan siap untuk mengakhiri minggu ini lebih tinggi setelah serangkaian perkiraan permintaan minyak yang positif.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 36 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 81,57 dolar AS per barel pada pukul 01.09 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terdongkrak 25 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 76,36 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan berada di jalur untuk mengakhiri minggu ini sekitar 7,0 persen lebih tinggi.

Pasar mendapat dukungan minggu ini dari proyeksi Badan Energi Internasional (IEA) tentang permintaan minyak China yang pulih tahun depan setelah kontraksi 2022 menjadi 400.000 barel per hari (bph). Badan tersebut menaikkan estimasi pertumbuhan permintaan minyak 2023 menjadi 1,7 juta barel per hari.

OPEC pada Selasa (13/12/2022) berpegang pada perkiraannya untuk pertumbuhan permintaan minyak global sebesar 2,55 juta barel per hari tahun ini dan 2,25 juta barel per hari pada tahun 2023 setelah beberapa penurunan, mengatakan bahwa sementara perlambatan ekonomi "cukup jelas" ada potensi kenaikan seperti dari pelonggaran kebijakan nol-COVID di China.

Dalam berita permintaan bearish, Federal Reserve AS mengindikasikan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun depan, bahkan saat ekonomi tergelincir menuju kemungkinan resesi.

Pada Kamis (15/12/2022), Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga masing-masing 50 basis poin untuk melawan inflasi dan mengindikasikan kenaikan lebih lanjut tahun depan.

Dolar yang lebih kuat juga membuat minyak lebih mahal bagi mereka yang menggunakan mata uang lainnya.

Baca juga: Minyak jatuh karena dolar menguat dan bank-bank sentral naikkan bunga
Baca juga: Harga minyak turun, tertekan penguatan dolar dan kenaikan suku bunga
Baca juga: Minyak berubah tipis di tengah harapan permintaan, kenaikan suku bunga