Hasto: Generasi muda harus paham konsep geopolitik Soekarno
15 Desember 2022 21:50 WIB
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto dalam seminar bertajuk "Pemikiran Geopolitik dan Api Islam Bung Karno" di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Kamis (15/12/2022) (ANTARA/Luqman Hakim)
Yogyakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan generasi muda harus memahami konsep geopolitik Soekarno agar pada masa mendatang mampu memperjuangkan kepentingan Indonesia di kancah dunia.
"Geopolitik itu kan suatu pemahaman terhadap konstelasi geografis dan bagaimana dalam konstelasi geografis itu kita memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia," kata Hasto seusai menjadi pembicara dalam seminar bertajuk "Pemikiran Geopolitik dan Api Islam Bung Karno" di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Kamis.
Menurut Hasto, dalam konsep geopolitik Soekarno terdapat tujuh instrumen "national power" yang meliputi demografi, teritorial, sumber daya alam, militer, politik, koeksistensi damai, sains, dan teknologi.
Berbagai instrumen itu, kata dia, harus bisa disimulasikan dengan baik sehingga memiliki daya pengaruh bagi kepentingan Indonesia untuk dunia.
"Kemudian didorong oleh suatu tekad bagi kita untuk membangun suatu tata dunia baru. Oleh karena itu nilai-nilai geopolitik yang membangun kepentingan Indonesia bagi dunia harus dipahami kaum muda Indonesia," ujar Hasto.
Baca juga: Sekjen PDIP sebut Mega bertemu Gibran sebagai bentuk perhatian
Baca juga: Hasto dorong anak muda tegaskan kepemimpinan Indonesia dengan iptek
Dalam tradisi intelektual para pendiri bangsa, kata dia, selalu dibangun sebuah kepemimpinan intelektual sehingga mampu membangun ide dan imajinasi bagi masa depan.
"Tanpa memperkuat kepemimpinan intelektual kita tidak mungkin menjalankan konsepsi geopolitik Soekarno," ujar dia.
Menurut Hasto, pemikiran geopolitik Soekarno masih relevan dengan kondisi saat ini.
Sesuai hasil studi doktoralnya terkait hal itu, Hasto mengaku menemukan salah satu tesis utama dari pemikiran Bung Karno yang menyebutkan bahwa dunia akan damai apabila dunia bebas dari imperialisme dan kolonialisme.
Ia berharap generasi muda masa kini mampu membangun tradisi intelektual dengan memperkuat literasi agar mampu menyerap pemikiran geopilitik tersebut.
"Saya agak khawatir karena memang budaya literasi kita sangat rendah. Ketika budaya literasi rendah dan hasrat untuk menguasai ilmu dasar dan kemampuan numerik kita rendah ya selamanya kita akan terjajah oleh bangsa-bangsa lain," kata Hasto.
Pendidikan Merdeka Belajar yang digagas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, menurut dia, seharusnya mampu membangun kesadaran terkait tradisi intelektual di kalangan generasi muda.
"Dengan demikian pemikiran geopolitik Bung Karno itu harus menjiwai adanya suatu ide dan imajinasi bagi kaum muda Indonesia untuk berjuang bagi masa depan dalam membangun kepemimpinan dalam seluruh aspek kehidupan," kata dia.
"Geopolitik itu kan suatu pemahaman terhadap konstelasi geografis dan bagaimana dalam konstelasi geografis itu kita memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia," kata Hasto seusai menjadi pembicara dalam seminar bertajuk "Pemikiran Geopolitik dan Api Islam Bung Karno" di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Kamis.
Menurut Hasto, dalam konsep geopolitik Soekarno terdapat tujuh instrumen "national power" yang meliputi demografi, teritorial, sumber daya alam, militer, politik, koeksistensi damai, sains, dan teknologi.
Berbagai instrumen itu, kata dia, harus bisa disimulasikan dengan baik sehingga memiliki daya pengaruh bagi kepentingan Indonesia untuk dunia.
"Kemudian didorong oleh suatu tekad bagi kita untuk membangun suatu tata dunia baru. Oleh karena itu nilai-nilai geopolitik yang membangun kepentingan Indonesia bagi dunia harus dipahami kaum muda Indonesia," ujar Hasto.
Baca juga: Sekjen PDIP sebut Mega bertemu Gibran sebagai bentuk perhatian
Baca juga: Hasto dorong anak muda tegaskan kepemimpinan Indonesia dengan iptek
Dalam tradisi intelektual para pendiri bangsa, kata dia, selalu dibangun sebuah kepemimpinan intelektual sehingga mampu membangun ide dan imajinasi bagi masa depan.
"Tanpa memperkuat kepemimpinan intelektual kita tidak mungkin menjalankan konsepsi geopolitik Soekarno," ujar dia.
Menurut Hasto, pemikiran geopolitik Soekarno masih relevan dengan kondisi saat ini.
Sesuai hasil studi doktoralnya terkait hal itu, Hasto mengaku menemukan salah satu tesis utama dari pemikiran Bung Karno yang menyebutkan bahwa dunia akan damai apabila dunia bebas dari imperialisme dan kolonialisme.
Ia berharap generasi muda masa kini mampu membangun tradisi intelektual dengan memperkuat literasi agar mampu menyerap pemikiran geopilitik tersebut.
"Saya agak khawatir karena memang budaya literasi kita sangat rendah. Ketika budaya literasi rendah dan hasrat untuk menguasai ilmu dasar dan kemampuan numerik kita rendah ya selamanya kita akan terjajah oleh bangsa-bangsa lain," kata Hasto.
Pendidikan Merdeka Belajar yang digagas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, menurut dia, seharusnya mampu membangun kesadaran terkait tradisi intelektual di kalangan generasi muda.
"Dengan demikian pemikiran geopolitik Bung Karno itu harus menjiwai adanya suatu ide dan imajinasi bagi kaum muda Indonesia untuk berjuang bagi masa depan dalam membangun kepemimpinan dalam seluruh aspek kehidupan," kata dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: