BRIN latih 400 warga Seram Barat bikin jeli ikan dan camilan dari sagu
15 Desember 2022 20:42 WIB
Anggota KOmisi VII DPR RI Mercy Chriesty Barends membuka bimbingan teknis pembuatan jeli ikan serta aneka snack atau camilan berbahan dasar sagu untuk 400 ibu rumah tangga dan generasi muda di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Maluku. (HO/Rumah Aspirasi Mercy Barends)
Ambon (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Komisi VII DPR RI menggelar bimbingan teknis (bimtek) guna melatih 400 ibu rumah tangga dan generasi muda di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Maluku untuk pembuatan jeli ikan serta aneka camilan (snack) berbahan dasar sagu.
"Bimtek pengolahan ikan berbasis jeli serta camilan berbahan dasar sagu ini merupakan program BRIN Berbakti Untuk Negeri tahun 2022 di 11 kabupaten/kota di Provinsi Maluku," kata Peneliti Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan BRIN Rein Estefanus Senewe, dalam pernyataan resmi diterima di Ambon, Kamis.
Bimtek yang digelar secara marathon itu bertujuan mengangkat kembali dan mengembangkan potensi sumber daya lokal sagu menjadi makanan ringan, serta meningkatkan kreativitas masyarakat terutama ibu rumah tangga untuk lebih kreatif kreatif mengolah sagu menjadi berbagai produk makanan lebih menarik dan bernilai jual di pasaran.
Sedangkan pelatihan pengolahan hasil perikanan berbasis jeli ikan yang lebih banyak diikuti generasi muda di kabupaten SBB.
Baca juga: DPR-BRIN latih 800 guru dan siswa Maluku bikin karya tulis ilmiah
Baca juga: Anggota DPR motivasi guru di Pulau Saparua jadi periset unggul
Anggota Komisi VII DPR RI Mercy Chriesty Barends memandang bimtek tersebut sangat strategis mengingat ikan dan sagu merupakan potensi sumber daya yang melimpah di Maluku. "Komisi VII yang bermitra dengan BRIN, sangat mendorong agar hasil-hasil riset dan inovasi dapat digunakan untuk mengembangkan potensi-potensi SDA yang ada di Provinsi Maluku," katanya.
Harapannya bukan saja pengetahuan yang meningkat, namun kreativitas dalam mengelola seluruh potensi pangan terkhusus sagu dan ikan mampu mendongkrak peningkatan ekonomi masyarakat Maluku di masa mendatang.
Mercy yang akrab disapa MCB, menegaskan dua komoditas itu merupakan jati diri masyarakat Maluku, sehingga masyarakat harus mampu mengolahnya dengan baik dan dikembangkan secara luas agar menjadi tren di era milenial saat ini.
Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Karantina Ikan untuk Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), nilai ekspor perikanan Maluku pada triwulan III 2022 mencapai 36,66 juta dolar AS dan naik 153 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021 yakni 14,49 juta dolar AS.
Selama triwulan III 2022 produk perikanan Maluku menembus pasar ekspor ke 10 negara yaitu China, Amerika Serikat, Vietnam, Jepang, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Korea, Thailand dan Australia.
"Komoditas unggulan ekspor yaitu udang vaname dengan nilai ekspor 20,24 juta dolar AS, ikan tuna (14,62 juta dolar AS) dan ikan kerapu sebesar 1,66 juta dollar AS," ujar Mercy.
Sedangkan data Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Maluku, potensi perikanan Maluku sebesar 1,62 juta ton, di mana pada tahun 2021 Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan KKP mencatat produksi ikan Maluku sebesar 543.371 ton.
Sedangkan menyangkut luas areal sagu di Maluku, menurutnya, diperkirakan 30.000 hektare dan umumnya tumbuh dan tersebar di Pulau Buru, Seram, Ambon dan Pulau-Pulau Lease. Sedangkan pemanfaatannya untuk industri dan pangan, kini semakin berkembang luas dan pemanfaatan pati sagu sangat bervariasi saat ini.
"Pemanfaatan satu diantaranya untuk pembuatan gula cair, penyedap makanan, mie, karamel, sagu mutiara, kue cracker, keperluan RT, industri perekat dan lain-lain," katanya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi sagu di Indonesia mencapai 367.132 ton pada tahun 2021. Jumlah tersebut meningkat tipis 0,09 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Sedangkan berdasarkan wilayahnya, produksi sagu paling besar di Riau senilai 265.830 ton. Jumlah itu menyumbang 38,11 persen dari total produksi sagu nasional sepanjang tahun 2021, Disusul Papua dengan produksi sebanyak 67.931 ton serta Maluku mencatatkan produksi sagu sebesar 9.601 ton.
"Melihat trennya produksi sagu di dalam negeri cenderung meningkat sejak 2011-2018. Jumlahnya pun mencapai rekor tertingginya pada 2018 yang mencapai 463.542 ton. Hanya saja, produksi sagu sempat anjlok menjadi 359.838 ton pada tahun 2019," katanya.
Dia berharap para peserta dapat menyerap berbagai ilmu yang diberikan para instruktur, dan memanfaatkannya untuk meningkatkan usaha yang digeluti, sekaligus meningkatkan nilai tambah dari produk sagu dan ikan yang diolah, sehingga diminati di pasaran dan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan di masa mendatang.*
Baca juga: BRIN optimis dengan potensi ketahanan sagu di Maluku
Baca juga: BRIN identifikasi dua spesies baru begonia asal Kepulauan Maluku
"Bimtek pengolahan ikan berbasis jeli serta camilan berbahan dasar sagu ini merupakan program BRIN Berbakti Untuk Negeri tahun 2022 di 11 kabupaten/kota di Provinsi Maluku," kata Peneliti Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan BRIN Rein Estefanus Senewe, dalam pernyataan resmi diterima di Ambon, Kamis.
Bimtek yang digelar secara marathon itu bertujuan mengangkat kembali dan mengembangkan potensi sumber daya lokal sagu menjadi makanan ringan, serta meningkatkan kreativitas masyarakat terutama ibu rumah tangga untuk lebih kreatif kreatif mengolah sagu menjadi berbagai produk makanan lebih menarik dan bernilai jual di pasaran.
Sedangkan pelatihan pengolahan hasil perikanan berbasis jeli ikan yang lebih banyak diikuti generasi muda di kabupaten SBB.
Baca juga: DPR-BRIN latih 800 guru dan siswa Maluku bikin karya tulis ilmiah
Baca juga: Anggota DPR motivasi guru di Pulau Saparua jadi periset unggul
Anggota Komisi VII DPR RI Mercy Chriesty Barends memandang bimtek tersebut sangat strategis mengingat ikan dan sagu merupakan potensi sumber daya yang melimpah di Maluku. "Komisi VII yang bermitra dengan BRIN, sangat mendorong agar hasil-hasil riset dan inovasi dapat digunakan untuk mengembangkan potensi-potensi SDA yang ada di Provinsi Maluku," katanya.
Harapannya bukan saja pengetahuan yang meningkat, namun kreativitas dalam mengelola seluruh potensi pangan terkhusus sagu dan ikan mampu mendongkrak peningkatan ekonomi masyarakat Maluku di masa mendatang.
Mercy yang akrab disapa MCB, menegaskan dua komoditas itu merupakan jati diri masyarakat Maluku, sehingga masyarakat harus mampu mengolahnya dengan baik dan dikembangkan secara luas agar menjadi tren di era milenial saat ini.
Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Karantina Ikan untuk Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), nilai ekspor perikanan Maluku pada triwulan III 2022 mencapai 36,66 juta dolar AS dan naik 153 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021 yakni 14,49 juta dolar AS.
Selama triwulan III 2022 produk perikanan Maluku menembus pasar ekspor ke 10 negara yaitu China, Amerika Serikat, Vietnam, Jepang, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Korea, Thailand dan Australia.
"Komoditas unggulan ekspor yaitu udang vaname dengan nilai ekspor 20,24 juta dolar AS, ikan tuna (14,62 juta dolar AS) dan ikan kerapu sebesar 1,66 juta dollar AS," ujar Mercy.
Sedangkan data Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Maluku, potensi perikanan Maluku sebesar 1,62 juta ton, di mana pada tahun 2021 Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan KKP mencatat produksi ikan Maluku sebesar 543.371 ton.
Sedangkan menyangkut luas areal sagu di Maluku, menurutnya, diperkirakan 30.000 hektare dan umumnya tumbuh dan tersebar di Pulau Buru, Seram, Ambon dan Pulau-Pulau Lease. Sedangkan pemanfaatannya untuk industri dan pangan, kini semakin berkembang luas dan pemanfaatan pati sagu sangat bervariasi saat ini.
"Pemanfaatan satu diantaranya untuk pembuatan gula cair, penyedap makanan, mie, karamel, sagu mutiara, kue cracker, keperluan RT, industri perekat dan lain-lain," katanya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi sagu di Indonesia mencapai 367.132 ton pada tahun 2021. Jumlah tersebut meningkat tipis 0,09 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Sedangkan berdasarkan wilayahnya, produksi sagu paling besar di Riau senilai 265.830 ton. Jumlah itu menyumbang 38,11 persen dari total produksi sagu nasional sepanjang tahun 2021, Disusul Papua dengan produksi sebanyak 67.931 ton serta Maluku mencatatkan produksi sagu sebesar 9.601 ton.
"Melihat trennya produksi sagu di dalam negeri cenderung meningkat sejak 2011-2018. Jumlahnya pun mencapai rekor tertingginya pada 2018 yang mencapai 463.542 ton. Hanya saja, produksi sagu sempat anjlok menjadi 359.838 ton pada tahun 2019," katanya.
Dia berharap para peserta dapat menyerap berbagai ilmu yang diberikan para instruktur, dan memanfaatkannya untuk meningkatkan usaha yang digeluti, sekaligus meningkatkan nilai tambah dari produk sagu dan ikan yang diolah, sehingga diminati di pasaran dan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan di masa mendatang.*
Baca juga: BRIN optimis dengan potensi ketahanan sagu di Maluku
Baca juga: BRIN identifikasi dua spesies baru begonia asal Kepulauan Maluku
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022
Tags: