Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan neraca perdagangan Indonesia pada November 2022 kembali mencatat surplus sebesar 5,16 miliar dolar AS sehingga melanjutkan tren selama 31 bulan berturut-turut.

Secara kumulatif, total surplus neraca perdagangan periode Januari sampai November 2022 mencapai 50,59 miliar dolar AS yang jauh lebih tinggi dari surplus Januari sampai November 2021 yaitu 34,3 miliar dolar AS.

"Ekspor-impor kita sedikit melambat pada November 2022, tapi kita harus melihat secara keseluruhan bagaimana neraca perdagangan telah mengakumulasi surplus hingga 50,59 miliar dolar AS," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu di Jakarta, Kamis.

Ekspor Indonesia terus melanjutkan kinerja positif pada November 2022 mencapai 24,12 miliar dolar AS atau tumbuh 5,58 persen (yoy) dan 28,16 persen (ytd) meski melambat 2,46 persen (mtm) dibandingkan periode Oktober 2022 sebesar 24,81 miliar dolar AS.

Ekspor nonmigas pada November 2022 mencapai 22,99 miliar dolar AS yang naik sebesar 6,88 persen (yoy) namun turun sebesar 1,94 persen (mtm).

Penurunan terutama terjadi terhadap komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 577,6 juta dolar AS atau 16,62 persen sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada logam mulia dan perhiasan/permata sebesar 292,2 juta dolar AS atau 87,19 persen.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada periode Januari sampai November 2022 mencapai 268,18 miliar dolar AS atau naik sebesar 28,16 persen dibanding periode yang sama pada 2021.

"Ekspor nonmigas memberikan kontribusi terbesar mencapai 253,61 miliar dolar AS atau naik sebesar 28,04 persen (ytd)," ujar Febrio.

Berdasarkan sektornya, periode Januari-November 2022 tercatat ekspor hasil tambang dan lainnya mencetak kenaikan tertinggi sebesar 74,15 persen yang diikuti hasil industri pengolahan sebesar 18,59 persen serta hasil pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 12,44 persen.

Febrio menegaskan meski ekspor Indonesia masih menunjukkan kinerja yang baik namun pemerintah mewaspadai kontraksi sektor manufaktur pada beberapa mitra dagang utama seperti Tiongkok dan Amerika Serikat.

"Kontraksi sektor manufaktur mitra dagang perlu kita respons dengan bauran kebijakan yang tepat untuk menjaga kinerja ekspor," katanya.

Sementara, kinerja impor pada November 2022 yang sebesar 18,96 miliar dolar AS justru turun sebesar 1,89 persen (yoy) atau 0,91 persen (mtm) terutama disebabkan impor bahan baku/penolong dan barang konsumsi.

Meski demikian, impor barang modal masih tumbuh sebesar 7,3 persen (yoy) seiring dengan PMI Manufaktur Indonesia pada November 2022 yang masih ekspansif di level 50,3.

"Meski impor secara keseluruhan melambat, namun impor barang modal masih tumbuh positif. Ini berarti kegiatan usaha masih ekspansif," tegasnya.

Baca juga: Neraca Perdagangan RI surplus 5,16 miliar dolar AS pada November 2022
Baca juga: Ekonomi China melambat, Indonesia perlu bidik peluang ekspor ke India
Baca juga: Dinamika global, pemerintah perkuat Komite Fasilitasi Perdagangan