GOLD-ISMIA sukses turunkan pemakaian merkuri 13,4 ton di Sulut
15 Desember 2022 12:24 WIB
Direktur Pengelolaan B3 KLHK Yulia Suryanti (kedua kanan) dalam temu media di Manado, Sulut, Kamis (15/12/2022). (ANTARA/Prisca Triferna)
Manado, Sulut (ANTARA) - Proyek GOLD-ISMIA kolaborasi pemerintah Indonesia dan UNDP telah berhasil mengurangi penggunaan merkuri di sektor pertambangan emas skala kecil (PESK) di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara sebanyak 13,4 ton dalam periode 2019-2022.
Direktur Pengelolaan Bahan Beracun Berbahaya (B3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Yulia Suryanti salam pertemuan dengan media di Manado, Sulawesi Utara, Kamis, menjelaskan bahwa GOLD-ISMIA merupakan kolaborasi bersama KLHK, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan UNDP yang disponsori Global Environtment Facility (GEF).
"Kita lihat dari hasil capaian proyek Minahasa Utara ini telah menurunkan penggunaan merkuri di PESK sebesar 13,4 ton," ujar dia.
Dia menjelaskan bahwa secara nasional Proyek GOLD-ISMIA telah berhasil mengurangi penggunaan merkuri sebanyak 23 ton di enam lokasi proyek yang terletak di enam kabupaten, yaitu Kulon Progo, Lombok Barat, Minahasa Utara, Halmahera Selatan, Gorontalo Utara, dan Kuantan Singingi.
Dari capaian itu, Kabupaten Minahasa Utara khususnya Desa Tatelu dan Desa Talawaan berhasil menyumbang pengurangan terbesar sebanyak 13,4 ton dalam periode 2019-2022 atau 58 persen dari total pengurangan merkuri.
Baca juga: KLHK: Perlu peta jalan percepat penghapusan penggunaan merkuri di PESK
Yulia menjelaskan selain pengurangan merkuri di PESK, proyek itu juga berhasil meningkatkan jumlah peralatan berupa tong yang digunakan penambang untuk mengolah emas tanpa merkuri. Dari 2019 terdapat 30 ton menjadi 81 tong pada 2022.
Sebagai bagian dari implementasi Konvensi Minamata tentang Merkuri untuk menghapus penggunaan merkuri di bidang PESK, dia juga menuturkan bahwa proyek itu juga mendukung terbitnya 14 Rencana Aksi Daerah Pengurangan dan Penghapusan Merkuri dan 18 pedoman memperkuat regulasi untuk sektor PESK.
Hal itu sebagian bagian dari perwujudan Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri yang telah diluncurkan oleh pemerintah pusat lewat Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2019.
"Keberhasilan ini bisa menjadi tempat belajar bagi penambang dari lokasi proyek lainnya baik penambang dari daerah sekitar Minahasa Utara atau antarpenambang di luar Minahasa Utara," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Head of Environment Unit UNDP Indonesia Aretha Aprilia mengapresiasi bahwa proyek itu telah menyelesaikan 89 persen dari target dengan dilakukan tepat waktu dan menyentuh sampai akar rumput.
"Selain itu kegiatan GOLD-ISMIA juga telah berbagi praktik terbaik dengan negara lain sebagai bagian dari planetGOLD Global," ujarnya.
Baca juga: KLHK minta pemda jaga keberlanjutan upaya penghapusan merkuri di PESK
Baca juga: Pemerintah sukses turunkan pemakaian merkuri 23 ton di 6 lokasi PESK
Baca juga: Untuk penghapusan merkuri, KLHK dukung dengan solusi aih profesi
Direktur Pengelolaan Bahan Beracun Berbahaya (B3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Yulia Suryanti salam pertemuan dengan media di Manado, Sulawesi Utara, Kamis, menjelaskan bahwa GOLD-ISMIA merupakan kolaborasi bersama KLHK, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan UNDP yang disponsori Global Environtment Facility (GEF).
"Kita lihat dari hasil capaian proyek Minahasa Utara ini telah menurunkan penggunaan merkuri di PESK sebesar 13,4 ton," ujar dia.
Dia menjelaskan bahwa secara nasional Proyek GOLD-ISMIA telah berhasil mengurangi penggunaan merkuri sebanyak 23 ton di enam lokasi proyek yang terletak di enam kabupaten, yaitu Kulon Progo, Lombok Barat, Minahasa Utara, Halmahera Selatan, Gorontalo Utara, dan Kuantan Singingi.
Dari capaian itu, Kabupaten Minahasa Utara khususnya Desa Tatelu dan Desa Talawaan berhasil menyumbang pengurangan terbesar sebanyak 13,4 ton dalam periode 2019-2022 atau 58 persen dari total pengurangan merkuri.
Baca juga: KLHK: Perlu peta jalan percepat penghapusan penggunaan merkuri di PESK
Yulia menjelaskan selain pengurangan merkuri di PESK, proyek itu juga berhasil meningkatkan jumlah peralatan berupa tong yang digunakan penambang untuk mengolah emas tanpa merkuri. Dari 2019 terdapat 30 ton menjadi 81 tong pada 2022.
Sebagai bagian dari implementasi Konvensi Minamata tentang Merkuri untuk menghapus penggunaan merkuri di bidang PESK, dia juga menuturkan bahwa proyek itu juga mendukung terbitnya 14 Rencana Aksi Daerah Pengurangan dan Penghapusan Merkuri dan 18 pedoman memperkuat regulasi untuk sektor PESK.
Hal itu sebagian bagian dari perwujudan Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri yang telah diluncurkan oleh pemerintah pusat lewat Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2019.
"Keberhasilan ini bisa menjadi tempat belajar bagi penambang dari lokasi proyek lainnya baik penambang dari daerah sekitar Minahasa Utara atau antarpenambang di luar Minahasa Utara," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Head of Environment Unit UNDP Indonesia Aretha Aprilia mengapresiasi bahwa proyek itu telah menyelesaikan 89 persen dari target dengan dilakukan tepat waktu dan menyentuh sampai akar rumput.
"Selain itu kegiatan GOLD-ISMIA juga telah berbagi praktik terbaik dengan negara lain sebagai bagian dari planetGOLD Global," ujarnya.
Baca juga: KLHK minta pemda jaga keberlanjutan upaya penghapusan merkuri di PESK
Baca juga: Pemerintah sukses turunkan pemakaian merkuri 23 ton di 6 lokasi PESK
Baca juga: Untuk penghapusan merkuri, KLHK dukung dengan solusi aih profesi
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022
Tags: