Melbourne (ANTARA) - Harga minyak sedikit berubah di awal perdagangan Asia pada Kamis pagi, karena para pedagang menimbang optimisme atas prospek permintaan China terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut dari bank-bank sentral global.

Minyak mentah berjangka Brent terdongkrak satu sen, menjadi diperdagangkan di 82,71 dolar AS per barel pada pukul 01.21 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 4 sen menjadi 77,24 dolar AS per barel.

Pasar didukung oleh proyeksi dari Badan Energi Internasional (IEA) yang memperkirakan permintaan minyak China pulih tahun depan setelah kontraksi 400.000 barel per hari pada 2022. Badan tersebut menaikkan estimasi pertumbuhan permintaan minyak 2023 menjadi 1,7 juta barel per hari dengan total 101,6 juta barel per hari.

Lalu lintas jalan dan udara di China telah meningkat tajam dalam sebulan terakhir, menurut data.

Harga minyak juga didukung oleh pemadaman Keystone Pipeline milik TC Energy, yang biasanya mengirimkan 620.000 barel per hari minyak mentah Kanada ke Amerika Serikat.

Para pejabat mengatakan pembersihan kebocoran yang menyebabkan pemadaman akan memakan waktu setidaknya beberapa minggu.

Federal Reserve AS menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada Rabu (14/12/2022), penurunan dari kenaikan 75 basis poin yang telah disampaikan pada empat pertemuan kebijakan sebelumnya. Bank sentral mengisyaratkan bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga akan datang.

Stok minyak mentah AS juga naik lebih dari 10 juta barel pekan lalu, terbesar sejak Maret 2021, didukung oleh rilis dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) dan karena kilang-kilang mengurangi aktivitasnya.

Baca juga: Minyak naik dua dolar di tengah perkiraan kenaikan permintaan 2023

Baca juga: Minyak turun karena lonjakan stok AS timbulkan keraguan permintaan

Baca juga: Minyak tergelincir di awal sesi Asia karena persediaan AS melonjak